REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Sebagian warga Kelurahan Petobo di Kecamatan Palu Selatan menjelajah di antara reruntuhan bangunan untuk mencari bekas rumah yang terseret lumpur yang menyertai gempa 7,4 Skala Richter yang mengguncang wilayah Kota Palu dan Donggala pada 28 September. Seorang warga, Abdul Wahab melanjutkan pencarian rumahnya di Petobo pada Ahad (7/10) dan hanya mendapati kursi plastik berwarna hijau dan atap teras dapur miliknya yang sudah berkarat.
"Sudah sembilan hari saya mencari di mana letak rumah saya," kata Abdul.
Selama melakukan pencarian di wilayah kelurahan yang paling parah terdampak gempa itu, Abdul tidak menemukan bagian tembok rumahnya. Ia malah melihat reruntuhan bangunan rumah tetangganya yang berserakan.
"Tidak tahu apakah rumah saya tertimbun lumpur atau hancur, kalaupun hancur pasti ada runtuhan temboknya," kata dia.
Gempa yang memicu likuifaksi atau pencairan tanah itu menyebabkan bangunan-bangunan di Petobo rusak atau terseret lumpur hingga ratusan meter dari posisi semula. Warga lain, Ulim Riefnandar hingga kini juga belum menemukan reruntuhan rumahnya. Dia tidak mengenali lagi di mana posisi awal rumahnya karena sudah banyak reruntuhan bangunan berserakan di atas gundukan tanah yang tinggi.
"Semua dokumen-dokumen penting termasuk ijazah saya ada di dalam rumah, tidak bisa diselamatkan, yang tersisa tinggal baju di badan," katanya.
Dia tidak tahu bagaimana dan di mana nantinya akan tinggal karena semua harta bendanya tersapu lumpur. Meski sudah ada yang kembali ke area permukian mereka yang terdampak gempa, masih banyak warga Petobo yang belum berani melihat kampung mereka yang kini tidak layak dihuni. Sebagian masih memilih bertahan di tenda pengungsian.
Pada Sabtu (6/10), tim sukarelawan asal Sulawesi Tenggara kembali menemukan dan mengevakuasi tujuh jenazah korban gempa disertai tsunami di Petobo. Sekretaris BPBD Sultra, Yauri Bungin, yang dihubungi di Palu, Ahad malam, melaporkan tujuh jenazah itu dievakuasi dari daerah Petobo yang merupakan perbatasan Kota Palu dan Sigi.
"Daerah Petobo ini merupakan titik terparah akibat gempa yang melanda daerah itu," kata Yauri.
Yauri mengatakan, selama berada di Palu, relawan asal Sultra hanya bertugas melakukan pencarian dan evakuasi korban gempa di kawasan Petobo. "Lokasi pencarian tim relawan asal Sultra selama tiga hari di daerah Petobo," katanya.
Ia mengatakan, dengan penemuan jenazah tersebut maka sudah 25 jenazah yang ditemukan relawan Sultra selama tiga hari melakukan tugas kemanusiaan di Palu dan sekitarnya. "Hari pertama kami melakukan pencarian pada Jumat (5/10) tim kami bersama Basarnas berhasil mengevakuasi 13 jenazah korban gempa tsunami di daerah Petobo," katanya.
Kemudian hari kedua melakukan pencarian pada Sabtu (6/10) katanya, tim mengevakuasi lima jenazah dan hari ketiga menemukan tujuh jenazah ditempat pencarian yang sama. "Baru tiga hari ini tim sukarelawan Anoa asal Sultra melakukan evakuasi korban karena tim sudah divaksin, dan hasil pencarian hari pertama langsung menemukan 13 jenazah, hari kedua lima jenazah dan hari ini tujuh jenazah," katanya.
Yauri mengaku, kondisi kawasan Petobo memprihatinkan karena kawasan itu tenggelam dengan lumpur. Ia menambahkan, posko tim sukarelawan asal Sultra berpusat di Lapangan Telkom Jalan Juanda Palu.