REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus kebohongan publik oleh Ratna Sarumpaet dinilai berpeluang mengganjal suara paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019. Kubu Prabowo-Sandiaga diimbau memperkuat damage control atau kontrol dampak kerusakan atas masalah yang ditimbulkan Ratna.
Hal itu disampaikan peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar, ketika dimintai tanggapan mengenai hal itu. Menurutnya, dampak kasus Ratna memang belum terpotret dalam survei terbaru LSI.
"Yang pasti kasus ini cederai demokrasi. Hoaks itu kesalahan fatal, pasti ada hukuman publik. Untuk angka pengaruhnya ke Prabowo mesti dilihat ke depan survei lagi," katanya kepada wartawan, Kamis (4/10).
Ia belum bisa memastikan apakah kasus Ratna bisa membuat pendukung Prabowo menurun. Walaupun Prabowo sudah mengakui kesalahannya, ia merasa potensi turunnya dukungan tetap ada.
"Lihat nanti apa masyarakat berubah atau tidak, tapi mungkin ada penurunan," sebutnya.
Ia menyarankan tim Prabowo-Sandi mesti secepatnya memulihkan diri. Salah satu upaya yang sudah dilakukan, yaitu memecat Ratna dari tim pemenangan.
"Harus ada damage control Prabowo atas kasus ini. Upaya pembersihan dari tim Prabowo-Sandi perlu," ujarnya.
Tetapi, menurutnya, masalah tak akan selesai sampai di situ. Sebab, Ratna sudah erat dikonotasikan dengan perjuangan Prabowo. Ia berharap tim Prabowo-Sandi bisa menemukan formulasi agar masalah Ratna tidak disangkutpautkan lebih jauh.
"Harus ada problem solving. Apa ini hanya di Ratna atau melebar karena masuk tim. Biar masalah hanya di level Ratna, jangan sampai melebar ke tim. Caranya bisa publik ditujukan ke Ratna saja masalahnya atau pengalihan Prabowo buat kegiatan lain biar publik tidak fokus ke sana," katanya menjelaskan.
Di sisi lain, ia menilai Prabowo dan Jokowi memiliki basis pemilih tersendiri. Ia ragu bila pendukung Prabowo akan pindah ke Jokowi akibat kasus Ratna. Ia malah mengkhawatirkan massa yang kecewa dengan Prabowo akan memilih golput.
"Swing voters masih 30 persenan bisa berubah sampai akhir. Kita lihat lima bulan lagi, Prabowo bisa kembalikan kepercayaan publik atau tidak," tuturnya.
Baca juga:
- Minta Maaf ke Prabowo, Ratna: Saya Pencipta Hoaks Terbaik
- Gerindra tak Menyangka Ratna Sarumpaet Bohongi Prabowo
- Kronologi Ratna Jalani Bedah Plastik Hingga Bohongi Prabowo
Prabowo semalam meminta maaf kepada rakyat Indonesia karena telah ikut menyuarakan kebohongan yang dilakukan oleh aktivis perempuan, Ratna Sarumpaet. Selain itu, Prabowo juga meminta kepada yang bersangkutan untuk mengundurkan diri dari tim pemenangan Prabowo-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.
Permintaan maaf ini disampaikan Prabowo di kediamannya didampingi oleh Sandiaga dan juga Amien Rais. "Saya di sini atas nama pribadi dan sebagai pimpinan tim, kami minta maaf kepada publik bahwa saya telah ikut menyuarakan sesuatu yang belum diyakini kebenarannnya," ujar Ketua Umum Partai Gerindra itu di Jalan Kertanegara, Jakarta Pusat, Rabu (3/10).
Prabowo mengakui, sempat memercayai cerita yang dibangun oleh Ratna Sarumpaet terkait kabar penganiayaan terhadap aktivis perempuan itu. Dengan begitu, dia merasa terusik dengan apa yang menimpa Ratna Sarumpaet.
Apalagi, dia melihat secara jelas luka di wajah Ratna. Namun, timnya mendapatkan laporan dan cerita dengan versi berbeda, dan yang bersangkutan meminta maaf dan mengakui telah berbohong.
"Saya tidak merasa berbuat salah, tapi saya akui saya grasah-grusuh. Tim saya ini baru, baru belajar. Tapi, tidak ada alasan kalau kita salah, kita akui salah," kata Prabowo.
[video] Prabowo-Sandi Hentikan Kampanye untuk Masyarakat Palu