REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo-Sandi, Dahnil menyampaikan bahwa Ratna Sarumpaet resmi diberhentikan dari anggota Badan Pemenanga Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Pemberhentian terpaksa dilakukan karena yang bersangkutan telah kebohongan dengan mengaku dianiaya oleh orang tidak dikenal.
Dahnil mengungkapkan, Prabowo sempat menanggapi cerita Ratna karena merasa empati. Akibatnya Prabowo juga menjadi korban kebohongan aktivis perempuan tersebut. "Jadi Pak Prabowo itu orangnya sangat terbuka, berempati kepada Ibu Ratna karena bercerita dan menyatakan keyakinan bahwa beliau dianiaya. Jadi Pak Prabowo sangat terbuka sekali, apalagi terhadap timnya. Pak Prabowo itu sangat peduli terhadap siapapun," ujarnya. Dahnil di Kertanegara, Rabu (3/10).
Lanjut Dahnil, karena berempati dan sangat peduli tersebut, saat Ratna Sarumpaet meminta bertemu dengan Prabowo, mantan Danjen Kopassus itu langsung meluangkan waktu untuk mendengar langsung cerita lengkap penganiayaan Ratna. Apalagi Prabowo kepada siapapun orang yang didzolimi minta bantuan pasti dibantu. Namun sehari setelah mengaku dianiaya, Ratna Sarumpaet akhirnya mengaku telah membuat kebohongan yang tidak bisa ditolerir. Bahkan, merugikan kubu Prbowo.
"Seperti disampaikan Pak Prabowo yang mewakili mewakili semua tim koalisi, Pak Prabowo meminta maaf karena mengkonsumsi berita bohong. Kami pada posisi ini dirugikan. Karena beliau berbohong kepada Pak Prabowo, Pak Sandi dan seluruh tim," tutup Dahnil.
Sebelumnya, Prabowo meminta kepada rakyat Indonesia karena telah ikut menyuarakan kebohongan yang dilakukan oleh Ratna Serumpaet. Selain itu, Prabowo juga meminta kepada yang bersangkutan untuk mengundurkan diri dari tim pemenangan Prabowo-Sandiaga Uno pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Permintaan maaf ini disampaikannya Prabowo dikediamannya didampingi oleh Sandiaga dan juga Amien Rais.
"Saya di sini atas nama pribadi dan sebagai pimpinan tim, kami minta maaf kepada publik bahwa saya telah ikut menyuarakan sesuatu yang belum diyakini kebenarannnya," ujar Prabowo.