Rabu 03 Oct 2018 23:12 WIB

Akhir Drama Penganiayaan Ratna Sarumpaet

Ratna menilai alasan penganiayaan hanya untuk irisan internal keluarga.

Ekpresi aktivis kemanusiaan, Ratna Sarumpaet memberikan keterangan kepada media terkait pemberitaan penganiyaan terhadap dirinya di kediaman Ratna Srumpaet, Jakarta, Rabu (3/10).
Foto:

Berbagai rangkaian cerita ini juga diperkuat pengakuan pihak Rumah Sakit Khusus Bina Estetika yang membenarkan aktivis ini melakukan pengobatan pada 21 September hingga 24 September 2018.

 "Dari data yang kami terima ada pasien yang namanya RS berobat ke rumah sakit kami. Masuk sekitar jam 17.00 WIB tanggal 21 September 2018, keluar atau pulang setelah berobat tanggal 24 September 2018 sekitar jam 21.00 malam," ujar juru bicara RSK Bina Estetika Arrisman.

Namun Arisman tidak menjelaskan lebih jauh terkait tindakan pengobatan yang dilakukan Ratna. Pria berkacamata itu hanya mengatakan sebelumnya pada 20 September Ratna telah datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan awal.

"Kami tidak bisa membuka data medis pasien, karena dalam Permenkes no 269 tahun 2008, data pasien itu adalah hak pasien. Jadi kami tidak bisa memberikan data tindakan apa yang dilakukan terhadap pasien bernama RS," ujarnya.

Arisman juga menyebut bahwa Ratna merupakan pasien lama dari RSK Bina Estetika. Perempuan 70 tahun itu diketahui telah beberapa kali mendatangi rumah sakit yang berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu untuk melakukan beberapa pengobatan.

Terkait informasi mengenai pihak kepolisian yang mendatangi rumah sakit untuk meminta sejumlah bukti rekaman CCTV, pihaknya membenarkan hal tersebut.

Dari fakta-fakta inilah, aktivis yang sering kritis pada pemerintah ini akhirnya menggelar konferensi pers dan mengakui cerita itu sebuah kebohongan belaka.

Ratna mengungkapkan bahwa pada 21 Oktober 2018, ia mendatangi RS Bina Estetika di Menteng untuk melakukan prosedur sedot lemak di pipi kanan dan kirinya.

Namun, pada 22 Oktober saat terbangun, Ratna melihat mukanya lebam berlebihan tidak seperti yang ia alami biasanya. Melihat kondisi mukanya, ia menanyakan pada pihak dokter dan mendapatkan jawaban lebam merupakan hal wajar setelah menjalani operasi plastik.

"Saya membutuhkan alasan untuk anak saya di rumah kenapa muka lebam dan saya jawab kekerasan," ucap Ratna.

Anak-anaknya tidak puas dengan jawaban pendek itu dan dalam seminggu ia terus dikorek sehingga ia berakhir melakukan kebohongan dan mengembangkan ide cerita pemukulan.

Cerita tersebut hanya berputar di lingkungan keluarga dan Ratna tidak bermaksud mengaitkan hal tersebut dengan politik, apalagi setelah fotonya bermuka lebam sepekan lebih kemudian tersebar di media sosial.

"Saya mohon apapun yang saya sampaikan hari ini, sesuatu yang membuat kegaduhan dua hari terakhir ini bisa membuat kita saling memaafkan," tutur dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement