REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mendorong rumah sakit pemerintah maupun swasta membantu pelayanan kesehatan di Sulawesi Tengah (Sulteng). Kondisi darurat pascagempa dan tsunami membutuhkan bantuan semua tenaga medis profesional terdekat.
"Kami mendorong supaya rumah sakit-rumah sakit bergerak. Kami tidak peduli ini RS tentara nasional Indonesia (TNI), RS pemerintah, atau RS swasta silakan karena keadaan (di Sulteng) darurat," katanya saat ditemui usai apel bersama tim penyelenggara bidang kesehatan Asian Para Games 2018, di Jakarta Selatan, Senin (1/10).
Apalagi, kata dia, rumah sakit di Sulteng kini tidak bisa beroperasi karena tidak memiliki genset dan bahan bakar minyak. Aliran listrik masih padam di sana.
Jadi, kata dia, pemerintah membutuhkan koordinasi dan kerja sama eksternal. Kendati demikian, pihaknya hanya meminta supaya rumah sakit yang akan membantu pemerintah bisa berkoordinasi dengan baik.
Tak hanya rumah sakit, pemerintah juga tidak melarang para relawan memasuki Sulteng untuk membantu penanganan medis. Menkes mengingatkan, relawan untuk mendaftarkan diri terlebih dulu sebelum berangkat.
Sementara itu, Polda Jawa Barat mengirimkan ratusan personel dan tim medis untuk membantu penanganan bencana di Palu dan Donggala. Mereka nantinya bergabung dengan tim gabungan yang sudah ada di lokasi bencana.
‘’Untuk membantu penanganan bencana di Sulawesi, Mabes Polri telah memerintahkan Polda Jabar untuk mengirimkan dua satuan setingkat kompi (SSK) Brimob dengan perlengkapan SAR atau 200 orang,’’ ujar Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto kepada wartawan di Sukabumi.
Saat ini ungkap Agung, posisi personel Brimob Polda Jabar ini udah berada di Bandung. Mereka tinggal menunggu penjemputan dari pesawat karena proses pendaratan yang masih sulit. Keberadaan personel Polri ini untuk mengevakuasi dan membantu korban serta memindahkan barang yang menghalni serta bergabung dengan tim TNI di lokasi bencana.
Selain mengirim personel, Polda Jabar juga mengirimkan tenaga medis sebanyak 10 orang. Mereka terdiri atas tiga orang dokter DVI untuk melakukan identifikasi mayat dan tujuh paramedis. Petugas telah dibekali dengan perlengkapan dan peralatan serta telah berangkat pada Senin pagi dan mendarat di Makasar karena tidak bisa langsung ke Palu.
Informasi yang diperoleh, kata Agung, para tenaga medis dalam perjalanan menuju Mamuju. Selepas itu menuju Palu untuk bergabung dengan tim kedokteran lain.