Senin 01 Oct 2018 16:45 WIB

ACT Sesalkan Aksi Penjarahan Bantuan Logistik Korban Bencana

ACT menyayangkan aksi penjaran terhadap bantuan logistik korban bencana Palu.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Aksi Cepat Tanggap Ahyudin menyayangkan aksi penjarahan yang dilakukan oknum-oknum pascabencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Ahyudin mengatakan, perilaku tersebut terjadi karena respon bantuan yang diberikan kepada korban tidak cepat.

"Sebagai anak bangsa saya sedih ketika mendengar ada penjarahan. Saya kira itu karena dampak dari ketidakcepatan, ketidakmasifan, dan ketidakberdayaan dalam menghadapi bencana," ujar Ahyudin di Kantor ACT, Gedung 165, Jakarta, Senin (1/10).

Ahyudin menyebut baik pelaku penjarah tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Bisa saja mereka melakukan hal tersebut karena juga korban bencana dan sangat membutuhkan bantuan. Pun demikian, perilaku penjarahan tidak bisa dilegalkan atau disarankan. Menjarah atau mencuri dimanapun dan dalam kondisi apapun tidak diizinkan.

Ahyudin menyebut akibat bencana besar yang terjadi di Palu dan Donggala, kondisi di lokasi bisa sangat chaos. Kondisi bencana ini bahkan bisa dibilang terbesar kedua setelah Aceh. "Dalam skala yang terbatas, bantuan dengan skala besar hanya bisa dilakukan dengan membeli dari kota lain yang dekat dengan lokasi dan tidak terpapar bencana," katanya.

Meski kondisi medan yang sulit dan masih ada ujian berupa penjarahan, ACT meminta kepada seluruh relawan, lembaga kemanusiaan, maupun pemerintah untuk tidak menyerah. Setiap bencana yang sudah dilewati pun kondisinya sulit, namun tetap bisa diberikan bantuan.

Pemberian bantuan sendiri harusnya dilakukan keesokan hari setelah bencana terjadi. Namun dengan kondisi yang ada, bantuan baru bisa dikirimkan 24 jam kemudian. Pekerjaan berat bagi setiap relawan akan terjadi selama 10 hari ke depan. ACT sendiri telah memberangkatkan bantuan logistik dari Kabupaten Sidrap melalui jalur darat yang membutuhkan waktu perjalanan 18 jam. Untuk mengirimkan ini, pihak ACT bekerjasama dengan TNI untuk mengawal dan mengamankan perjalanan.

Bagi ACT, cara paling cepat dan masif untuk mengirimkan bantuan melalui jalur darat. Hercules sekalipun dirasa tidak bisa membawa dalam jumlah besar. Untuk jalur laut, kondisi gelombang laut pun masih tinggi. "Para tokoh masyarakat dan agama terus kita libatkan untuk mendinginkan suasana. Insha Allah besok sudah mereda," ucap Ahyudin.

Apapun kendalanya, ia menyebut tidak ada yang lebih penting selain melakukan pengiriman bantuan secepatnya. Logistik makanan dan kesehatan serta obat-obatam adalah hal yang paling dibutuhkan korban bencana saat ini. "Saya harap reaksi penjarahan ini bukan karena tidak ada makanan, tapi karena kepanikan yang memuncak. Normalnya biasanya sepekan ke depan baru logistik terpenuhi," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement