Senin 01 Oct 2018 15:51 WIB

Korban Meninggal akan Langsung Dimakamkan Massal

Jumlah pengungsi mencapai 48 ribu orang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Indira Rezkisari
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (1/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data korban terdampak gempa dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Hingga Senin (1/10) pukul 13.00 WIB, sebanyak 844 korban ditemukan meninggal dunia.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, korban meninggal banyak disebabkan tertimpa reruntuhan bangunan. Sebanyak 821 korban ditemukan di Kota Palu, 11 orang di Kabupaten Donggala, dan 12 orang di Kabupaten Parigi Mountong.

Baca Juga

"740 orang di Kota Palu sudah terindentifikasi. Sementara korban di Sigi belum dapat informasi," kata dia saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (1/10).

Sutopo menjelaskan, korban meninggal yang ditemukan akan langsung dimakamkan pada Senin (1/10) secara massal. Lantaran, korban diperkirakan sudah meninggal lebih dari tiga hari dan sudah mengeluarkan bau tak sedap.

"Korban yang sudah kita temukan, ada yang sudah bau harus dimakamkan," kata dia.

Selain korban meninggal, Sutopo mengatakan, masih ada 90 orang yang dinyatakan hilang. Sementara korban luka berat sebanyak 632 orang, dan pengungsi mencapai 48.025 orang.

Sutopo menjelaskan, puluhan ribu pengungsi itu tersebar 103 titik. "Kalau lihat sebaran, di 103 titik kita tempatkan di lapangan, halaman perkantoran, hingga masjid dengan menggunakan tenda darurat," kata dia.

Ia mengatakan, sampai saat ini belum semua kebutuhan dasar tercukupi. Pasalnya, tim masih keterbatasan jumlah logistik dan relawan. Apalagi, kata dia, kendala di lapangan menyebabkan layanan belum optimal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement