Ahad 30 Sep 2018 03:30 WIB

Mengenal Patahan Palu-Koro Penyebab Gempa-Tsunami Sulteng

Patahan Palu-Koro menjadi penyebab gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Bayu Hermawan
Satu unit mobil tertimbun material longsoran tanah dan batu di kawasan Kebun Kopi, kota Palu di Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9). Longsor di area tersebut terjadi akibat gempa bumi pada Jumat (28/9) dan mengakibatkan jalur transportasi darat dari dan menuju kota Palu terhambat.
Foto: Antara/Indra
Satu unit mobil tertimbun material longsoran tanah dan batu di kawasan Kebun Kopi, kota Palu di Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9). Longsor di area tersebut terjadi akibat gempa bumi pada Jumat (28/9) dan mengakibatkan jalur transportasi darat dari dan menuju kota Palu terhambat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) diguncang gempa dan tsunami pada Jumat (28/9) lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, penyebab gempa bumi di Sulteng adalah patahan atau sesar Palu-Koro, yang merupakan sesar dengan pergerakan terbesar kedua di Indonesia.

"Pergerakannya terbesar kedua setelah patahan Yapen, Kepulauan Yapen, Papua Barat. Patahan ini sangat aktif, setiap tahun bergesar 35 sampai 46 mm per tahun," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Sabtu (29/9).

Patahan ini kemudian ketika melepaskan energi dan muncul gempa. Ia menjelaskan, gempa akibat sesar atau patahan ini beberapa kali terjadi di 1998, 2005, 2008, dan 2012 lalu. Bahkan, kata dia, patahan ini pernah menyebabkan gempa dengan magnitude Magnitude 7,9.

"Sehingga daerah (yang dilalui) sesar atau patahan Palu-Koro jadi daerah rawan," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, gempa dengan kekuatan 7,4 skala Richter (SR) yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) pukul 17.02 WIB, mengakibatkan terjadinya tsunami di pesisir Kota Palu dan Donggala. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi ketinggian tsunami sekitar 1,5 hingga 2 meter.

Baca juga: 410 Jenazah Korban Gempa Palu Dievakuasi Sabhara dan Brimob

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya telah melakukan evakuasi terhadap para jenazah yang menjadi korban bencana alam gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Ia mengatakan sebanyak 410 jenazah telah dievakuasi oleh para Brimob dan Sabhara.

"Brimob dan Sabhara sudah melakukan evakuasi,  sudah ratusan mayat, di Rumah Sakit Bhayangkara telah dievakuasi 410 jenazah. Yang sudah diidentifikasi 97 jenazah dan 30 diantaranya dibawa pulang keluarga," ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (29/9).

Dedi menuturkan para korban dievakusi dari sekitar pantai atau titik yang terlihat. Sementara para korban yang berada dalam reruntuhan bangunan masih belum dievakuasi lantaran peralatan yang sangat terbatas.

Ia menambahkan pihaknya akan menambah 3  Setingkat Kompi (SSK) yang akan menuju lokasi pada Ahad (30/9). Bantuan tersebut 1 SSK dari Palu, 1 SSK dari  Gorontalo dan 1 SSK dari Sulbar.  "Kemungkinan ketiga SSK akan tiba besok pagi sampai menggunakan jalur darat. Besok pagi. Akan dicoba dilalui walau jalur darat terputus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement