Selasa 25 Sep 2018 13:44 WIB

Tim Kampanye Jokowi-Maruf Diminta Kedepankan Jiwa Patriot

Meski hadapi persaingan, tetapi tetap harus menjaga keutuhan NKRI

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Pasangan Capres Petahana dan Cawapres, Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin menemui para pendukungnya sebelum mendatangi kantor KPU RI di Tugu Proklamasi, Jakarta, Jumat (21/9).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Pasangan Capres Petahana dan Cawapres, Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin menemui para pendukungnya sebelum mendatangi kantor KPU RI di Tugu Proklamasi, Jakarta, Jumat (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dewan Penasihat Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Timur untuk pemenangan Joko Widodo-Maruf Amin, Sudigdo Adi meminta, seluruh anggota tim kampanye mengedepankan jiwa patriot dalam upaya memenangkan pasangan Capres-Cawapres yang didukungnya. Sehingga, meskipun tengah menghadapi persaingan dalam perebutan kursi RI satu, tetapi tetap bisa menjaga keutuhan NKRI.

"Saya berharap semuanya bertindak sebagai seorang patriot yakni menjaga keutuhan negara. Kalau Indonesia terpecah, kita tidak punya apa-apa lagi," kata Sudigdo saat mengikuti rapat perdana TKD Jatim di Hotel Wyndham Surabaya, Selasa (25/9).

Pria yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Keluarga Besar Marhaenis tersebut berpendapat Indonesia saat ini sudah sakit parah. Meski memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, tapi masih ada segelintir orang yang menjelekkan kawannya sendiri, bahkan merasa paling benar sendiri.

"Makanya kita harus mengedepankan kampanye yang cerdas, yang tidak memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Sudigdo.

Sudigdo kemudian mengingatkan agar tim kampanye Jokowi-Maruf tidak mudah tersulut, jika nantinya ada tudingan-tudingan yang dilontarkan kubu lawannya terhadap pasangan Jokowi-Maruf. Dia mengingatkan agar setiap tudingan yang dilontarkan disikapi dengan senyuman.

"Kita balas dengan fakta. Kalau mereka bilang rakyat susah di bawah, lho susahnya di mana? Jangan berharap semua mendapat porsi yang sama. Kalau bilang susah, mana susahnya? Berapa jumlahnya?" kata Sudigdo.

Pun ketika ada yang nyinyir lantaran pemerintahan Joko Widodo mengandalkan utang untuk pembangunan infrastruktur. Menurutnya tidak perlu ditanggapi kembali dengan sikap negatif. Tetapi cukup dijelaskan bahwa pinjaman tersebut memang harus dilakukan demi pengembangan ekonomi di Indonesia.

"Kalau kita gak ngutang mau dapat dari mana? Selama kita bisa membayar utang kenapa mesti takut?" ujar Sudigdo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement