Rabu 19 Sep 2018 16:09 WIB

Budiman: Pemberian Gelar Ulama 'Instan' Langgar Akal Sehat

Menurutnya, gelar ulama memiliki posisi yang terhormat dalam masyarakat Indonesia

Rep: Bayu Adji P/ Red: Bayu Hermawan
Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko berbicara kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (19/9).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko berbicara kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko menilai, pemberian gelar ulama kepada bakal calon wakil presiden (capres) Sandiaga Uno tak pantas secara moral dan etika. Menurutnya, gelar ulama memiliki posisi yang terhormat dalam masyarakat Indonesia.

Budiman mengatakan, adanya pemberian gelar ulama instan kepada seseorang yang tak memiliki latar belakang pendidikan agama yang jelas merupakan tindakan yang melawan akal sehat. "Itu menghina akal sehat, nurani, kecerdasan, kerja keras, pengabdian, orang yang pernah berjuang untuk sesuatu, tiba-tiba kalah hanya untuk tujuan yang gak ada hubungannya denhan predikat itu," katanya di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (19/9).

Menurutnya, proses menjadi ulama itu tidaklah mudah. Ia menyebutkan, untuk mendapat gelar ulama seseorang perlu proses perenungan, internalisasi gaya hidup, hingga penghayatan hati nurani. Selain itu, seorang ulama juga harus memiliki pengalaman tidak luar biasa. Bahkan dengan tinggal di pesantren berapa tahun, seseorang belum tentu bisa diberi gelar ulama.

"Nah tiba-tiba gelar itu diberikan begitu saja. Kok murah betul ya? Kenapa kita jadi bangsa yang murahan?," ujarnya.

Budiman juga menyinggung sedikit pengalamannya tinggal di pesantren. Namun, nyatanya ia tak berhasil mendapatkan gelar itu. Saat di pesantren, ia harus selalu bangun pukul 04.00 untuk mengaji, mandi, salat, shalat wajib, dilanjutkan dengan mengaji lagi, shalat dhuha, dan segala macam. Karena itu, ia menyebut proses menjadi ulama tidaklah mudah.

"Lama prosesnya itu luar biasa. Saya juga gagal menjadi ulama meskipun pesantren sebentar. Kok tiba-tiba kenapa orang untuk tujuan polittik, diberikanlah gelar ulama instan itu tanpa proses," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement