REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Partai Demokrat Inca Pandjaitan menuding berita terkait penerimaan aliran dan gelap kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari Bank Century bermuatan politik. Dia mengatakan, ini mengingat keluarnya berita tersebut menjelang tahun-tahun politik dalam hal ini pilpres 2019.
"Kami menengarai ini ditunggani, hanya saja kami belum tahu siapa yang menukangi ini," kata Inca Pandjaitan, Senin (17/9) di gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat.
Laporan penerimaan dana gelap bank Century kepada SBY dipublikasikan oleh media asing yang diketahui berasal dari Hong Kong, Asia Sentinel. Media online itu menyebut SBY telah menerima aliran pencucian uang melalui Century sebesar Rp 177 triliun.
Media tersebut juga memberitakan jika Century menyimpan dana gelap dari Demokrat yang dipimpin SBY dan menjabat sebagai presiden saat itu. Pemberitaan juga menyebutkan jika kejahatan itu diperintahkan SBY dan wakil presidennya saat itu Budiono. Publikasi kasus itu juga mengatakan jika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak memiliki keberanian mengungkap kasus tersebut.
Demokrat lantas melaporkan berita pencemaran nama baik itu ke Dewan Pers Indonesia. Demokrat mengaku ingin menyelesaikan perosalam pers dan siap mengejar pelaku publikasi dalam konteks meminta pertanggung jawaban mereka.
Secara khusus, Demokrat meminta para politisi diluar internal partai untuk menghentikan pengolahan isu penerimaan dana gelap tersrbut. Menurut Inca, digorengnya isu itu tidak akan menguntungkan pihak manapun dan hanya membuat kegaduhan mengingat kasus terkait Century sudah selesai dibahas.
"Kalau ada yang masih menggoreng ini berati dia sudah kehilangan akal dan mereka sudah tidak mampu beradu pendapat dengan kami," kata Inca Pandjaitan.
Demokrat menilai, artikel fitnah terkait kasus Century yang ditulis Editor John Berthelsen ditujukan untuk menyerang Ketua Umum Partai Demokrat SBY dan Partai Demokrat. Inca mengatakan, Demokrat akan melakukan tindakan sesuai prosedur hukum dan UU yang berlaku terkait berita dari media asing yang tidak berdasar dan telah 'digoreng' beberapa media tertentu.