Jumat 14 Sep 2018 01:33 WIB

Indonesia Bicara Peran Perempuan dan Politik Kepada Lebanon

Demokrasi tanpa partisipasi perempuan akan defisif.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Muhammad Hafil
Duta Besar RI untuk Lebanon Achmad Chozin Chumaidy saat pembukaan seminar bertajuk perempuan dan politik di Beirut Arab University (BAU), pada Kamis (13/9).
Foto: Dok Republika
Duta Besar RI untuk Lebanon Achmad Chozin Chumaidy saat pembukaan seminar bertajuk perempuan dan politik di Beirut Arab University (BAU), pada Kamis (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Dua anggota Parlemen dari Indonesia dan Lebanon menghadiri seminar internasional bertema 'Peran Perempuan dalam Politik' yang diselenggarakan di Beirut Arab University (BAU), pada Kamis (13/9). Dalam kesempatan tersebut, Indonesia berbagai pandangan mengenai peran perempuan dalam politik kepada Lebanon.

Dalam pembukaan seminar, Duta Besar RI untuk Lebanon Achmad Chozin Chumaidy mengatakan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam politik. Alasannya, saat ini dunia politik lebih banyak diwarnai dengan konflik tak berkesudahan, bahkan terkadang disertai dengan kekerasan senjata.

Kondisi ini tentu tidak sejalan dengan upaya untuk menciptakan dunia yang aman dan damai. Chozin menilai, watak perempuan yang lembut, halus dan penuh perasaan dapat memberi sentuhan positif terhadap kondisi politik saat ini.

"Di sinilah salah satu faktor pentingnya keterlibatan wanita dan politik," papar Chozin seperti diungkapkan dalam pernyataan resmi yang diterima Republika.co.id pada Kamis (13/8).

Lebih lanjut, Chozin juga mengungkapkan tidak ada hambatan berarti bagi perempuan untuk terjun ke dunia politik di Indonesia. Sebaliknya, Indonesia sangat menerima kehadiran perempuan dalam politik karena ada faktor sejarah.

"Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan oleh seluruh rakyat Indonesia termasuk kaum wanita bahkan telah ikut menjadi pemimpin-pemimpin perjuangan perebut kemerdekaan pada waktu itu," lanjut Chozin.

Oleh karena itu, Chozin menilai keterlibatan perempuan dalam politik di Indonesia sebagai cerminan keberlanjutan perjuangan perempuan dalam mengisi kemerdekaan RI. Di sisi lain, agama Islam yang menjadi keyakinan mayoritas penduduk Indonesia juga tidak melihat adanya hambatan ideologis bagi perempuan untuk ikut aktif dalam politik.

Chozin menambahkan, seminar hasil kerjasama KBRI Beirut dan Beirut Arab University ini wadah untuk sharing best practice Indonesia, baik dalam hal berdemokrasi maupun dalam hal memberikan ruang yang cukup luas bagi kaum perempuan di kancah perpolitikan nasional. Diharapkan, Lebanon dapat menjadikan ini sebagai model untuk meningkatkan peran perempuan di kancah perpolitikan Lebanon ke depannya.

Pembicara seminar dari Indonesia, anggota DPR Lena Maryana Mukti juga turut menyoroti perjuangan perempuan di Indonesia untuk terlibat dalam politik dan menduduki kursi Parlemen. Pada 1999, lanjut Lena, jumlah perwakilan perempuan di Parlemen hanya 9 dari 500 orang, atau sebesar 9 persen saja.

"Pada 2009 wanita yang terpilih adalah 101 wanita (17,86%) dari 560 anggota," tutur Lena.

Lena mengatakan jumlah representasi perempuan pada hasil pemilu 2014 sempat menurun menjadi 97 orang. Oleh karena itu, Lena mendorong dan memotivasi perempuan untuk mencalonkan diri dalam Pemilu 2019 mendatang.

"Gerakan-gerakan perempuan mendorong partai-partai politik untuk mengakomodasi kebijakan kuota karena jumlah perempuan di negara itu mencapai 49 persen. Kami percaya bahwa demokrasi tanpa keterlibatan dan partisipasi perempuan akan defisit," terang Lena.

Di sisi lain, pembicara dari Lebanon yang juga merupakan anggota Parlemen dari unsur independen Paula Yakubaian menyampaikan pandangannya. Yakubian menilai peran perempuan sebagai pengambil kebijakan dan keputusan sangat penting.

Ia menyayangkan masih sediktinya keterlibatan perempuan dalam politik dan jabatan publik di Lebanon. Dalam kesempatan tersebut, Yakubian menilai Lebanon perlu menjadikan perjuangan perempuan di Indonesia dalam kancah politik sebagai contoh.

"Saat ini, Perempuan di Indonesia telah mendapat kuota maksimum untuk mendapat kesempatan menjadi aggota Parlemen dan menduduki jabatan publik," papar Yakubian.

Berdasarkan keterangan KBRI Beirut, seminar ini bertujuan untuk memberikan gambaran kemajuan Indonesia dalam berdemokrasi dan dalam mendorong perempuan untuk berperan aktif di kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti diketahui, peran perempuan secara umum di wilayah Timur Tengah masih cukup rendah.

Sebagai contoh, data yang dirilis oleh World Economic Forum tanggal 1 Januari 2017 menunjukkan bahwa persentase perempuan di Lebanon dalam keanggotaan di Parleman masih rendah, yaitu hanya sebesar 3,1 persen. Sedangkan persentase keanggotaan perempuan di kabinet sebesar 3,4 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement