Senin 20 Aug 2018 18:12 WIB

Kemendikbud akan Tambah Tenda Kelas Darurat di Lombok

Yang sudah ada 164, dan mau ditambah sesuai kebutuhan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat meninjau proses belajar mengajar di TK Pertiwi Monjok, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (14/8). Tk ini menjadi salah satu sekolah yang rusak berat akibat gempa Lombok.
Foto: Republika/dadang kurnia
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat meninjau proses belajar mengajar di TK Pertiwi Monjok, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (14/8). Tk ini menjadi salah satu sekolah yang rusak berat akibat gempa Lombok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan terus menambah tenda kelas darurat di Lombok. Hal itu dilakukan untuk menjamin proses belajar mengajar semua siswa di Lombok tidak terganggu. “Yang sudah ada kan 164, ini mau ditambahnya sesuai kebutuhan,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy di Gedung A Kemendikbud Jakarta, Senin (20/8).

Muhadjir meminta semua pihak untuk tetap mendorong anak-anak belajar meskipun belajar di tenda pengungsian. Namun begitu untuk mengurangi trauma, anak-anak juga perlu didorong untuk datang ke tenda kelas darurat yang dibangun di dekat sekolah.

“Ini penting agar anak bisa mengadaptasi dan mengurangi trauma. Jadi jangan sampai anak dilarang ke sekolah, justru harus kita dorong, dan melakukan trauma healing, ini bukan untuk masuk ke dalam kelas, akan ada sekolah darurat tenda itu,” jelas dia.

Menurut Muhadjir, tenda kelas darurat tersebut akan digunakan sambil menunggu janji dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang akan membangun sekolah semi permanen. Pembangunan sekolah darurat ini kira-kira butuh waktu tiga hingga empat bulan untuk dibangun.

Baca: Jokowi Siapkan Inpres Penanganan Gempa Lombok

Dia melanjutkan, bangunan semi permanen yang dibangun, jumlahnya disesuaikan dengan sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa. Bangunan semi permanen ini akan digunakan untuk menjalankan proses belajar mengajar sembari menunggu bangunan sekolah yang rusak selesai diperbaiki. “Nanti kalau sekolah semi permanen, akan dibangunkan sekolah permanen yang mana itu butuh waktu satu sampai 1,5 tahun yang dalam praktiknya juga lebih cukup lama. Ya kita realistis saja,” jelas dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement