REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kehadiran gawai dinilai membawa dampak positif beserta dampak negatif bagi anak. Anak yang sudah kecanduan gawai bahkan kerap enggan bermain di luar rumah atau dengan teman, bahkan enggan melakukan apa-apa.
Dosen Ilmu Komunikasi UI, Wahyuni Pudjiastuti, mengatakan salah satu tanda kecanduan gawai adalah ketika gawai digunakan terus menerus sehingga keinginan untuk bermain dengan anak lain semakin menurun. “Ibu-ibu harus waspada ketika anak menolak melakukan rutinitas sehari-hari dan lebih memilih gawai. Ini salah satu tanda aditif," kata Wahyuni dalam acara pengabdian masyarakat Departemen Ilmu Komunikasi FISIP di Kelurahan Kukusan, Depok, Jawa Barat, Kamis (16/8).
Wahyuni juga mengingatkan pentingnya permainan anak tradisional yang mengharuskan keikutsertaan anak lain, sehingga komunikasi verbal bisa terjalin. Komunikasi tersebut, kata Wahyuni, dapat disalurkan melalui permainan sederhana seperti congklak, ular tangga, dan galasin.
Hal senada disampaikan dosen Ilmu Komunikasi UI, Meily Badriati, yang menyampaikan bahwa permainan tradisional dapat melatih sensor ingatan positif dalam dirinya. Melalui permainan tradisional, anak-anak akan ingat bahwa dengan bermain maka secara tidak langsung karakternya juga sedang dibangun.
“Anak-anak diharapkan bisa merasakan pengalaman sensori dan motorik dari kegiatan ini sehingga mereka bisa merasakan sensasi asyiknya. Nantinya mereka bisa mengulang asyiknya pengalaman ini pada waktu yang lain,” kata Meily.
Sementara itu, Lurah Kukusan, Hasan, mengaku terbantu dengan kegiatan sosialisasi bagi ibu dan anak ini. Di Kelurahan Kukusan anak-anak masih banyak yang bermain di luar rumah. Namun, kemungkinan teradiksinya anak-anak dengan gawai akan selalu ada. "Tindakan preventif itu sangat diperlukan untuk mencegah yang tidak orang tua inginkan," ujar dia.