Jumat 10 Aug 2018 04:50 WIB

Prabowo Pinang Sandiaga Jadi Cawapres di Depan Anies

Sandiaga akan melepas jabatannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.

Rep: Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari koalisi Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera meminta restu kepada Ibunya Mien R Uno, Ayahnya  Henk Uno, dan Kakaknya Indra Uno di Kediaman Mien R Uno, Jalan Galuh II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (10/8).
Foto: Sri Handayani/Republika
Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari koalisi Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera meminta restu kepada Ibunya Mien R Uno, Ayahnya Henk Uno, dan Kakaknya Indra Uno di Kediaman Mien R Uno, Jalan Galuh II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (10/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon wakil presiden (cawapres) dari koalisi Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno menceritakan awal mula ia dipinang oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sandiaga mengaku keputusan untuk maju melawan pasangan pejawat Presiden Joko Widodo dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin mengejutkan, bahkan bagi dirinya sendiri.

"Ini datang sebagai suatu surprise buat saya," kata Sandiaga di kediaman Ibunya, Mien R Uno, di Jalan Galuh II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (10/8).

Sandiaga menceritakan, pada awalnya Prabowo menetapkan pilihan utama kepada rekan politiknya, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Namun, Anies menolak pinangan tersebut. "Pak Anies mengatakan akan fokus di Jakarta," ujar Sandiaga.

Penolakan itu disampaikan secara pribadi. Ketika itu, Sandiaga diundang untuk duduk bersama dengan Anies dan Prabowo. Kepada kedua politikus senior Partai Gerindra itu, Anies berkata ingin menuntaskan rencana dan janji-janjinya untuk warga Jakarta.

Saat itu juga, di hadapan Anies, Prabowo 'menodong' Sandiaga. "Jadi saat itu saya langsung diminta oleh Pak Prabowo," kata Sandiaga.

Sandiaga menyampaikan, permintaan itu akan berujung setidaknya pada dua masalah. Pertama, dia dan Prabowo datang dari satu partai yang sama, yaitu Partai Gerindra. Kedua, dirinya masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tugas itu baru diemban selama 10 bulan.

Ketiga tokoh itu kemudian berdiskusi. Ia juga mendiskusikan peluang tersebut dengan keluarga. Hasilnya, ia menerima tawaran tersebut. Sandiaga mengatakan hal itu merupakan panggilan jiwa.

Sandiaga kembali menemui dua opsi, yaitu mengambil cuti sembari melakukan kampanye atau berhenti menjabat sebagai wakil gubernur. Opsi kedua itu dinilainya lebih memungkinkan. Ia tak ingin menggunakan fasilitas dan uang negara.

"Ini amanah yang begitu luar biasa. Saya rasa tidak perlu saya setengah-setengah. Saya menggunakan fasilitas negara, mobil kantor, punya negara. Uang rakyat untuk berjuang," kata dia.

Dari hasil diskusi dan konsultasi dengan Anies dan Prabowo, akhirnya diputuskan ia mundur dari jabatan wakil gubernur. Tak hanya itu, ia melepas posisinya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

Keputusan tersebut diklaimnya mampu meluluhkan hati para mitra koalisi, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kedua partai itu melihat ada gestur kesungguhan yang ditunjukkan pasangan tersebut. Mereka juga dinilai fokus dalam bekerja.

 "Menunjukkan bahwa kita fokus  untuk bersama-sama berjuang untuk memenangkan hati dan pikiran rakyat Indonesia," kata Sandiaga.

Sebelumnya, Fungsionaris DPD Partai Gerindra Anggawira menilai Sandiaga Uno memang pilihan yang tepat untuk pendamping Prabowo. Sosok Sandi dianggap mampu membantu Prabowo dalam menghadapi kubu Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.

"Saya sudah yakin kalau Prabowo-Sandiaga yang akan maju untuk menghadapi Jokowi-Ma'ruf," ujar Anggawira dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Jumat (10/8).

Pasangan Prabowo-Sandiaga dianggap sebagai pasangan yang ideal dan tidak bisa diganggu gugat. Tiga partai pendukung pun sudah 100 persen percaya dan mendukung mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement