REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden (capres) pejawat, Joko Widodo (Jokowi) memilih Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya di Pilpres 2019. Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Muhammad Martak mendesak Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk memilih cawapres dari kalangan ulama.
"Saya dengar Pak Jokowi untuk periode yang kedua didampingi pak Ma'ruf Amin. Saya tidak tahu itu benar atau tidak, kenapa pak Jokowi lebih cerdas daripada kita? Nah ini tidak boleh," kata Yusuf di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (9/8).
Yusuf mengatakan sampai saat ini GNPF Ulama tetap berpegang kepada hasil Ijtima' GNPF Ulama beberapa pekan lalu yang mendorong nama Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Juffri dan pendakwah Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagai cawapres Prabowo. Namun, lanjut Yusuf, jika Prabowo tidak memilih keduanya, GNPF telah mengeluarkan calon alternatif, yaitu Ustaz Arifin Ilham dan Ustaz Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).
"Kami sudah mengajukan calon alternatif dan akan dibawa ke ijtima, ustaz Arifin Ilham dan Aa Gym," kata Yusuf.
Yusuf mengatakan, menanggapi nama-nama tersebut Prabowo mengaku akan mempertimbangkannya. Yusuf menegaskan, GNPF berani mengambil sikap jika Prabowo juga berani ambil sikap.
"Tidak memaksakan, karena kami cinta dengan Pak Prabowo. Pak prabowo udah alami kekalahan dua kali. Kami nggak mau terjadi lagi berikutnya," ujarnya.
Jokowi menyebut dirinya yang menggandeng KH Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya pada Pilpres 2019 sebagai pasangan yang nasionalis-religius. Jokowi mengatakan, keputusannya memilih KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres mendapat dukungan dari seluruh parpol koalisi.
"Kami ini saling melengkapi. Nasionalis-religius," kata Jokowi dalam jumpa pers setelah pertemuan dengan para petinggi partai politik Koalisi Indonesia Kerja, di Restoran Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (9/8) petang.
Jokowi mengatakan konsep nasionalis religius itulah yang akan ditawarkan kepada para pemilihnya masyarakat di seluruh pelosok Tanah Air. Jokowi menambahkan target pemilihnya bukan daerah per daerah melainkan seluruh rakyat Indonesia.
"Seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke," katanya.