REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, gempa berkekuatan magnitudo 7 skala Richter pada Ahad (5/8) malam terjadi karena Lombok merupakan pulau yang berdekatan dengan batuan yang patah atau disebut sesar naik Flores. Patahan tersebut membentang cukup panjang, dari Flores sampai Bali.
"Saat patah ada energi kekuatan yang dikeluarkan dari dalam bumi dan ini sudah terjadi 200 tahun yang lalu, sehingga gempa kemarin merupakan pengulangan dari 200 tahun yang lalu," ujarnya di Mataram, NTB, Rabu (8/8) malam.
BMKG, kata dia, hanya bisa membaca, dari patahan kemarin energi besar dan kuat telah dikeluarkan. Namun, lanjut dia, masih ada energi yang tersisa dan energi tersebut sudah dikeluarkan dengan ditandai guncangan gempa susulan.
Baca juga, Lombok Barat Siapkan Dapur Umum untuk Korban Gempa
"Itu merupakan mekanisme alam menuju ke proses stabil menghabiskan energi yang tersisa," lanjutnya.
Ia menyampaikan, jika tidak keluar maka masih ada energi yang tersimpan ibarat bom waktu dan untuk gempa kemarin telah dikeluarkan melalui gempa susulan. Dia melanjutkan, alat BMKG telah mencatat 350 kali dan dapat dirasakan sebanyak 17 kali.
"Kemungkinan sangat kecil terjadinya gempa yang besar karena energi yang besar telah dikeluarkan. Untuk gempa susulan akan terus terjadi sampai beberapa minggu ke depan, bahkan sampai maksimalnya empat minggu, tapi dengan guncangan yang kecil dan makin melemah," kata dia.
Gubernur NTB terpilih Zulkieflimansyah berharap semoga informasi ini dapat menenangkan masyarakat NTB sehingga dapat kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Masyarakat diminta tetap waspada.
"Intinya gempa Utama telah lewat, untuk BMKG agar dalam menyampaikan informasi terkait gempa lebih berhati-hati jangan seperti kemarin pada saat kejadian masyarakat NTB khawatir adanya pemberitahuan BMKG potensi terjadinya tsunami, namun pada kenyataannya tidak terjadi dan telah dicabut," ucap Zul.