REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pimpinan panti asuhan Almuhsinin, Selak Ampan, Desa Pijot, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Tuan Guru Haji Muhsin menceritakan keadaan pantinya ketika terjadi gempa. Pada saat itu, anak-anak di panti sedang melakukan shalat Isya.
"Saya ini lagi kumpul sama anak-anak. Ini anak-anak panik waktu sholat Isya tiba guncangannya kuat sekali," kata Kiai Muhsin pada Republika.co.id, Ahad (5/8).
Ia mengatakan, sebanyak empat anak sempat pingsan karena panik dan saling tabrak berlarian dari dalam masjid. Meskipun demikian, tidak ada korban jiwa dari panti asuhan akibat gempa tersebut.
Kondisi bangunan panti pun dalam keadaan tidak terjadi kerusakan. Akan tetapi, kepanikan sempat terjadi apalagi dengan adanya ancaman tsunami. Kiai Muhsin serta anak-anak di pesantren langsung menyelamatkan diri di tempat aman.
Gempa bumi terjadi pada hari Ahad (5/8) pukul 18:46:35 WIB. Berdasarkan informasi dari BMKG pusat gempa bumi utama berada pada koordinat 8,37° LS dan 116,48° BT, dengan magnitudo 7,0 SR pada kedalaman 15 Km, berjarak 27 Km timur laut Lombok Utara.
Gempa ini sempat berpotensi tsunami. Namun, kini peringatan tsunami telah berakhir. "Peringatan tsunami diakhiri," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam wawancaranya.
Ia mengatakan tidak ada lagi terjadi tsunami setelah keluarnya informasi dari BMKG ini. Namun, ia meminta warga tetap waspada terhadap potensi gempa susulan.