REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Warga Desa Obel-Obel, Sambelia, Lombok Timur yang terkena dampak gempa tektonik 6,4 Skala Richter (SR) dan saat ini mengungsi mengeluhkan ketiadaan air bersih. "Benar-benar tidak ada air bersih, pascagempa sumur dan mata air jadi kering," kata Ahmad Zuhri, korban gempa tektonik, di Lombok Timur, Rabu (1/8).
Ditambahkan, warga pun kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari termasuk berwudhu untuk menjalankan shalat lima waktu. "Kami terpaksa harus mengambil air dari kota kecamatan yang cukup jauh," katanya.
Ia menyebutkan warga di tempat tinggalnya, Dusun Mentarang yang menjadi pengungsi sebanyak 78 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 280 orang. Saat ini, pengungsi dari dusun Mentarang yang berada di kaki bukit itu, mengungsi tersebar. Ada juga yang memanfaatkan membangun tenda sekadarnya di depan rumah yang roboh.
"Yang jelas kebutuhan penting lainnya selimut dan sembilan bahan pokok," tandasnya.
Sementara itu, Saiful warga lainnya mengaku warga masih trauma karena gempa terasa begitu kencang. "Waktu gempa kita seperti diangkat-angkat dan diayak-ayak secara bergelombang," katanya.
Ia mengaku saat ini pasrah menghadapi cobaan tersebut karena rumah yang telah dibangunnya porak-poranda tidak ada yang bisa diselamatkan. "Semua barang tidak ada lagi yang bisa diselamatkan," keluhnya sembari menambahkan yang tersisa saat ini hanya pakaian di badan saja.
Gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter dengan kedalaman 24 Km mengguncang pulau Lombok dan Sumbawa di Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Bali, pada Ahad (29/7). Pusat evakuasi terjadi di wilayah Sembalun yang merupakan salah satu pos pendakian menuju Gunung Rinjani yang sedang ramai pengunjung. Per hari Senin (30/7) terdapat 543 orang pendaki yang berhasil dievakuasi setelah sempat terjebak akibat 4 dari 5 jalur pendakian putus akibat gempa.
Selain korban jiwa 16 orang dan 300 lebih warga terluka, gempa di Lombok Timur menimbulkan kerusakan fisik parah pada ribuan bangunan rumah, gedung fasilitas publik dan perkantoran. Pemerintah provinsi NTB menetapkan waktu tanggap darurat hingga hari Kamis (2/8) dan berbagai unsur dari kementerian terkait, lembaga sosial kebencanaan dan TNI-Polri telah tiba untuk menolong warga dan melakukan evakuasi.