REPUBLIKA.CO.ID, SEMBALUN -- Sekelompok pendaki asal Thailand yang berhasil keluar selamat dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, melampiaskan kebahagiaannya dengan saling berpelukan penuh keharuan ketika sampai di pintu Bawak Enao, Sembalun, Senin (30/7) sore. Dengan tampilan lusuh namun masih jelas tergambarkan rasa bahagia dalam raut wajahnya mereka, salah seorang diantaranya, Kitsana Waiyamai (49), mengaku bersyukur bahagia bisa selamat dan lolos dari musibah longsor bebatuan yang merupakan dampak guncangan gempa bumi berkekuatan 6,4 SR pada Ahad (29/7) pagi, pukul 06.47 Wita.
Ketika disambangi wartawan, Kitsana Waiyamai dengan senang hati menceritakan kesaksiannya ketika sedang berada di Danau Segara Anak, melihat musibah longsor bebatuan yang sangat dahsyat itu. "Saya pagi itu sedang minum kopi. Tiba-tiba gempa dan terlihat dari kejauhan, tebing-tebing itu berdebu seperti lingkaran cincin berjatuhan, longsor batu," kata Kitsana Waiyamai yang mengungkapkannya dalam bahasa Inggris.
Bahkan dalam situasi kepanikan di aeral perkemahan para pengunjung yang ada di Danau Segara Anak, dia sempat mengabadikannya dalam rekaman video. "Batu-batu besar berjatuhan," ujarnya sembari dengan bangganya memperlihatkan rekaman video yang berhasil dia abadikan dalam telepon genggam pribadinya.
Saat disinggung apakah dia tidak trauma untuk kembali melakukan pendakian, khususnya ke Gunung Rinjani, Kitsana Waiyamai lebih dahulu menjawabnya dengan senyuman yang terlihat dalam raut wajahnya. "Mungkin dua tahun lagi, itu kalau ada kesempatan," ujarnya.
Menurut informasi yang dihimpun dari Balai TNGR, ada 576 jiwa yang terdiri dari pendaki maupun "porter guide" diperkirakan terjebak di Danau Segara Anak, pascagempa bumi Ahad (29/7) pagi. Dari jumlah jiwa yang mengacu pada daftar pendaki pada 27-28 Juli 2018 tersebut, sebagian besarnya berasal dari Thailand.
"Memang dari data yang kita punya, 330 lebih diantaranya warga Thailand," kata Kepala Balai TNGR Sudiyono yang ditemui dikantor Resor Sembalun.