Kamis 19 Jul 2018 09:01 WIB

Tiga Inovasi Layanan Publik Surabaya Masuk Top 99 Sinovik

Inovasi itu pelayanan publik 6 in 1, Tahu Panas dan Pahlawan Ekonomi dan Pejuang muda

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Tri Rismaharini
Foto: ROL
Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tiga inovasi layanan publik Pemerintah Kota Surabaya masuk Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) Republik Indonesia. Tiga inovasi tersebut adalah pelayanan publik 6 in 1, Tahu Panas (tak takut kehujanan dan tak takut kepanasan), dan Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan, pelayanan publik 6 in 1 meliputi pengurusan akte lahir, kematian, perkawinan, perceraian, surat pindah datang, dan pindah keluar secara online. Menurut Risma, pelayanan ini menjadi penting karena identitas seorang warga itu adalah hak asasi, dimana warga itu bisa diakui oleh negara karena identitasnya itu.

“Makanya, kami buat program 6 in 1 ini. Dengan inovasi ini maka masyarakat Surabaya bisa mengurus enam hal sekaligus secara online. Melalui inovasi ini, masyarakat bisa menghemat waktu, tenaga, biaya dan tidak perlu lagi datang ke kantor Dispendukcapil,” kata Risma di Surabaya, Kamis (19/7).

Meski ada inovasi ini, kata Risma, namun tetap tidak meninggalkan peran serta RT/RW. Risma menjelaskan, ketika mengurus akte perceraian dan pernikahan, pasti ada surat dan dokumentasinya, sehingga apabila lewat gereja, tinggal meng-copy surat dari gereja lalu diupload ke aplikasi yang telah disediakan Pemkot Surabaya.

“Aplikasi ini sudah bisa diakses melalui mobil App mulai tahun lalu, tapi kalau secara online sudah lama, dulu hanya pakai alat semacam ATM, tapi sekarang sudah cukup pakai handphone,” ujar Risma.

Sedangkan untuk inovasi Tahu Panas (tak takut kehujanan dan tak takut kepanasan), merupakan program dari Dinas Sosial Surabaya dalam perbaikan rumah tidak layak huni melalui program rehabilitasi sosial daerah kumuh. Penanganan program ini dilakukan secara terpadu, baik dalam hal perbaikan fisik, lingkungan, sosial  maupun ekonomi masyarakat di lingkungan perkampungan.

“Program yang sudah berjalan sejak tahun 2003 ini terdiri dari perbaikan rumah tidak layak huni dan pembuatan jamban sehat. Tiap tahunnya terus meningkat dan harus melalui musyawarah dari kampung,” kata Risma.

Risma menambahkan, untuk inovasi Pahlawan Ekonomi berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga dari keluarga miskin. Tujuan dari Pahlawan Ekonomi ini untuk mengentaskan warga miskin supaya secepatnya keluar dari kemiskinannya itu.

“Jadi, kalau misal suaminya sudah bekerja sebagai tukang becak, tapi masih saja miskin, maka harus digerakkan mesin kedua, yaitu para istri, sehingga kita support programnya dengan nama Pahlawan Ekonomi,” kata Risma.

Sedangkan untuk anak muda yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tapi masih punya keinginan untuk akses ekonomi lebih baik, maka Pemkot Surabaya memfasilitasinya dengan namanya Pejuang Muda. Anak muda ini, diberi pelatihan membuat berbagai produk mulai makanan, handycraf, dan beberapa pelatihan lainnya.

Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu menjelaskan, para peserta Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda itu diberi pelatihan untuk mengembangkan bisnis UKM. Mulai dari  pelatihan, hingga pendampingan, bahkan sampai ke tahap pengemasan, promosi, dan pemasaran produk.

“Mereka ini hanya produknya, untuk marketing hampir seluruhnya kita, tapi kita ajarkan mereka memasarkannya. Biasanya kita menyebut Go Global, Go Digital, dan Go Finance. Jadi, dari hulu hingga hilir selalu kita damping,” ujar Risma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement