REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda masih berlanjung sejak akhir Juni lalu hingga Ahad (15/7). Kondisi gunung belum bisa terpantau normal karena masih diselimuti kabut pada siang hari, sedangkan malam hari lava pijar keluar tampak jelas.
Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan Andi Suardi mengatakan, sejak beraktivitas pada akhir Juni lalu, letusan demi letusan kecil terus terjadi hingga tercatat lebih dari 300 kali. “Kondisi gunung belum bisa dipantau normal karena masih tertutup kabut,” katanya, Ahad (15/7).
Data pos pengataman GAK, terdata jumlah letusan selama GAK beraktivitas lebih dari 390 kali letusan dengan aplitudo berkisar 24 hingga 58 mm dan durasi 20-279 detik. Sementara aktivitas kegempaan GAK masih normal. Tinggi kolom debu abu mencapai satu kilometer di atas puncak kawah GAK.
Kolom debu abu berwarna hitam tersebut mengarah ke utara, dengan amplitude 30 mm dan durasi 45 detik. Arah debu abu hitam tersebut mengarah ke utara, sehingga tidak memengaruhi alur pelayaran di perairan Selat Sunda.
Ia mengatakan status GAK masih level II atau waspada, dan wisatawan, nelayan, dan pengunjung tetap berlaku larangan mendekati GAK dengan jarak radius satu kilometer. Larangan tersebut berlaku karena GAK masih mengeluarkan material berupa debu abu dari kawah saat terjadi letusan, sehingga membahayakan manusia.