Jumat 13 Jul 2018 14:02 WIB

OK Otrip tak Lancar, Sandiaga Pilih Perpanjang Uji Coba

OK Otrip masih terkendala perbedaan persepsi.

Rep: Sri Handayani/ Red: Nur Aini
Penumpang turun dari angkutan umum dengan menggunakan kartu Ok-Otrip di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Senin (9/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Penumpang turun dari angkutan umum dengan menggunakan kartu Ok-Otrip di Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Senin (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uji coba penerapan program bidang transportasi, yakni One Karcis One Trip (OK Otrip) akan berakhir 15 Juli 2018. Namun, hingga saat ini masih ada perbedaan persepsi antara PT Transjakarta dengan para operator angkutan umum, sehingga program itu tidak berjalan lancar.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengakui penerapan OK Otrip saat ini masih terkendala. Pencapaian program tersebut baru mencapai 20 persen. Ia meminta Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) untuk menjembatani PT Transjakarta dan para operator agar program itu dapat segera diterapkan secara resmi.

"Kendalanya mungkin kita tinggal samakan persepsi Transjakarta dan teman-teman operator. Dishub yang akan menjembatani."

"Kita ada beberapa pembagian yg cukup signifikan. Kita akan lakukan lagi pendekatan di biro perekonomian sore ini. Kita harapkan sesuai dengan instruksi gubernur," ujar Sandiaga di Jakarta Selatan, Jumat (13/7).

Melihat hal tersebut, Sandiaga juga mempertimbangkan untuk memperpanjang masa uji coba. Perpanjangan tersebut diharapkan akan memberi waktu kepada kedua belah pihak untuk menemukan kesepakatan. Sebelumnya, Sandiaga mengatakan perpanjangan itu akan dilakukan singkat.

Menurut Sandiaga, saat ini program OK Otrip telah memasuki tahap finalisasi. Ada dua hal yang menghambat kesepakatan kedua pihak, yakni jumlah rupiah per kilometer dan jarak tempuh.

"Harapan kita ada give and take karena ini salah satu yang menjadi masalah tuh di Tanah Abang. Tanah Abang itu kan banyaknya tidak mencapai target daripada jumlah kilometer per hari. Nah kita ingin ada give and take."

"Para operator itu menyatakan nggak apa-apa marjinnya lebih rendah yang penting ada kepastian. Jadi itu yang harusnya menjadi landasan untuk kita lebih akselerasi untuk pencapaian OK Otrip," ujar Sandiaga. 

Saat ini, Blessmiyanda dari Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ) DKI Jakarta tengah menghitung jumlah rupiah per kilometer yang dinilai tepat untuk kedua belah pihak. Kepala Biro Perekonomian Sri Haryati juga menjanjikan akan ada terobosan dalam sepekan ini.

Selain rupiah per kilometer, PT Transjakarta dan operator juga belum menyepakati jarak tempuh minimal per hari. "Karena yang di Tanah Abang itu nggak sampai 150 kilometer per hari. Nggak sampai 150 kilometer sementara kita di 75 kilometer per hari. Jadi nanti bisa dicari titik temunya," ujar Sandiaga.

Di tengah polemik tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan memerintahkan agar jumlah operator yang terlibat dalam program OK Otrip ditingkatkan. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI itu mengatakan Juli adalah bulan yang sangat strategis untuk memastikan peningkatan jumlah penumpang hingga satu juga orang pada akhir 2018.

Ia menargetkan akhir tahun ini jumlah armada angkutan umum yang bergabung dalam program OK Otrip mencapai 2.609 unit. Ada 11 operator yang 30 trayek yang menjadi sasaran untuk menjalankan program tersebut.

Direktur Utama (Dirut) PT Transjakarta Budi Kaliwono mengatakan saat ini jumlah armada yang telah bergabung dalam OK Otrip baru mencapai 123 unit. Bulan ini pihaknya akan melakukan penambahan untuk memenuhi jumlah 275 unit.

"Ada penambahan operator juga yang akan join," ujar dia di Jakarta Selatan, Jumat.

Budi menambahkan jumlah penumpang OK Otrip rata-rata mencapai 17 ribu orang per hari. Semalam angka itu bahkan mencapai 18 ribu orang. Artinya, per armada rata-rata mengangkut 150 penumpang per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement