Kamis 28 Jun 2018 18:20 WIB

Figur Disebut Penyebab Partai Islam Dominasi Pilkada 2018

Figur calon yang diusung menjadi faktor kemenangan partai berbasis Islam.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bilal Ramadhan
Partai Islam
Partai Islam

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ikrama Masloman menilai mendominasinya kemenangan partai berbasis Islam di pilkada serentak 2018 kali ini tidak disebabkan oleh faktor ideologi partai. Menurut dia, kemenangan partai-partai berbasis Islam tersebut dipengaruhi faktor figur calon kepala daerah.

"Kalau saya lihat bukan karena basis ideologi partai, melainkan figur karena memang di beberapa daerah yang menang itu komposisinya itu kan seperti di Maluku komposisi partai nasionalis dan Islam, kemudian di Jawa Timur, kalau di Jawa Barat kan PPP, kan juga figur," kata Ikrama saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/6).

Ikrama menilai yang lebih tepat justru bagaimana figur-figur tersebut menguntungkan partai. Merujuk kepada hasil pilkada di Sumut, Ikrama menilai hal itu membuktikan bahwa faktor ideologi partai tidak menjadi satu-satunya faktor kemenangan.

"Menurut saya lebih kepada keberhasilan kandidat dalam meramu berbagai sentimen, kalau kaya di Maluku yang dibangun adalah sentimen gubernur baru. Artinya, pemerintah hari ini gagal merupakan narasi besarnya dan butuh gubernur baru. Gubernur baru terasosiasi ke Pak Murad Ismail yang sekarang menang," katanya.

Sedangkan untuk di Sumut, lanjut Ikrama, sentimen primordial menjadi yang paling kuat, begitu juga di Kalimantan Barat yang begitu kental dualisme antara sentimen etnis dayak dan yang di luar dayak. Selain itu, ia menilai banyaknya kejutan di dalam hasil pilkada 2018 kali ini disebabkan adanya migrasi suara yang terjadi pada 10 hari terakhir.

Dalam 10 hari terakhir tersebut, pemilih yang belum yakin terhadap pilihannya akan menjadi yakin dengan pilihannya. "Seperti yang terjadi di Jawa Barat, orang enggak ada yang memprediksi Sudrajat-Syaikhu bisa runner-up. Begitu juga di Maluku, ini sangat menarik karena mayoritas lembaga survei memprediksi Murad Ismail kalah. Kekuatan 10 hari terakhir itu luar biasa di pilkada kemarin," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement