Selasa 26 Jun 2018 05:46 WIB

Arti Kemenangan Erdogan dan Masa Depan Turki

Kemenangan Erdogan disebut juga sebagai kemenangan Islam.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan pesaing utamanya, Muharrem Ince (kanan).
Foto: Daily Express
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dan pesaing utamanya, Muharrem Ince (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Rizkyan Adiyudha, Idealisa Masyrafina

Recep Tayyip Erdogan kembali menguatkan kepemimpinannya di Turki melalui Pemilihan Presiden dan Pemilihan Parlemen Turki 2018 yang berlangsung Ahad (24/6) waktu setempat. Komisi Pemilihan Umum Turki secara resmi mengumumkan bahwa Erdogan memperoleh suara terbanyak dan akan memimpin Turki lima tahun mendatang.

Dengan 99 persen suara telah dihitung hingga kemarin, Erdogan memperoleh sebanyak 52,5 persen suara dibandingkan saingan terdekatnya, Muharrem Ince, yang mendapatkan 30,7 persen suara. Partai asal Erdogan, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), juga mendapatkan 42,5 persen suara dalam pemilihan legislatif. Mereka akan membangun koalisi mayoritas bersama Partai Nasionalis (MHP) yang mendapatkan 11 persen.

Pemungutan suara dihelat pada Ahad (24/6) pukul 08.00 waktu setempat. Lebih dari 56 juta pemilih memberikan suara mereka di lebih dari 180 ribu tempat pemungutan suara (TPS). "Mulai besok kami akan memulai bekerja untuk merealisasikan janji kami kepada masyarakat," kata Erdogan di hadapan ribuan pendukungnya yang turun ke jalan merayakan kemenangan di Ankara, Senin (25/6).



Erdogan juga berjanji otoritas Turki bakal lebih selektif dalam melakukan penangkapan terkait kudeta gagal dua tahun lalu. Sejak kudeta gagal pada 2016 itu, sedikitnya 160 ribu warga telah dipenjarakan dengan tudingan mendukung kudeta. Sejumlah media massa juga dilarang terbit dan beredar.

Ia juga agaknya akan meneruskan kebijakan agresif Turki di kawasan. Ia menjanjikan akan terus mengerahkan kekuatan militer untuk membebaskan Suriah dari cengkeraman ISIS sehingga 3,5 juta warga negara itu yang tengah mengungsi di Turki dapat pulang ke kampung halaman mereka dengan aman.

Politikus berusia 64 tahun itu membangun reputasinya selama menjabat perdana menteri (2003-2014) dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Melalui partainya yang berhaluan Islam, ia memenangkan loyalitas jutaan Muslim Turki.

Di bawah pemerintahannya, Turki perlahan mengikis sekularisasi ekstrem yang dimulai Mustafa Kemal Ataturk sejak berdirinya republik itu pada 1923. Erdogan juga mendapatkan loyalitas kelas pekerja dengan membangun sekolah-sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur.

Pada 2014, ia berhasil memenangkan posisi presiden Turki meski dengan kekuasaan terbatas saat itu. Pada 2017, melalui referendum, ia berhasil mendorong amendemen konstitusi Turki yang memberikan kekuasaan yang jauh lebih besar bagi presiden.

Pemilu kali ini menjadi pemilihan pertama dengan konstitusi baru itu. Artinya, Erdogan akan menjabat lima tahun mendatang dan lima tahun lagi jika kembali terpilih. Bagaimanapun, konstitusi baru memberi kesempatan memperpanjang masa jabatan jika sebelum masa jabatan kedua berakhir parlemen Turki sepakat mempercepat pemilu.

Di pihak lain, Muharrem Ince dari oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) mendesak pemantau pemilu tetap berada di tempat pemungutan suara untuk menyelidiki kemungkinan kecurangan pemilihan. Ince mencurigai adanya kecurangan karena hasil akhir datang dari kota-kota besar di mana partainya biasanya tampil dengan kuat.

Pihak oposisi juga meragukan keakuratan dan keandalan dari angka yang dirilis oleh kantor berita Anadolu Agency  yang dikelola negara sebagai corong tunggal dari penghitungan suara resmi. Partai-partai oposisi dan LSM telah mengerahkan hingga setengah juta pemantau di berbagai TPS untuk mencoba mencegah kemungkinan kecurangan pemilu. Meski begitu, hasil perhitungan tandingan para pemantau yang bermarkas di tempat pemungutan suara di seluruh negeri secara luas mengonfirmasikan angka-angka Anadolu.

Kemenangan Erdogan tak hanya dirayakan puluhan ribu warga Turki yang turun ke jalan. Warga keturunan Turki yang bersimpati pada Erdogan di berbagai negara Eropa juga menyambut kemenangan kemarin. Di Inggris, perayaan dilakukan para anggota the Union of International Democrats dan Fikri Asim Association, dua organisasi yang merepresentasikan Turki di negara itu.

Di Jerman, pendukung AKP turun ke jalan-jalan di Berlin dan Kerpen, tak jauh dari Cologne. Mereka meneriakkan slogan-slogan dan membunyikan klakson mobil mereka menyambut kemenangan Erdogan. Perayaan serupa digelar simpatisan Erdogan dan AKP di Paris, Prancis; Skopje, Makedonia; Zurich, Swiss; dan Wina di Austria.

Kemenangan Islam
Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim menyampaikan selamat atas terpilihnya Erdogan sebagai presiden Republik Turki untuk yang kedua kalinya. Ia juga mengucapkan selamat kepada rakyat Turki telah melaksanakan pesta demokrasi yang berlangsung secara damai.

"Selamat paling tulus untuk memenangkan masa jabatan kedua dalam pemilu yang baru-baru ini berakhir," ujar Anwar kepada media, Senin (25/6).



Dia mengatakan, mandat gemilang yang diberikan oleh rakyat adalah bukti kepemimpinan Erdogan tidak hanya di Turki, tetapi wilayah sekitarnya. Ia pun yakin bahwa komitmen Erdogan untuk berdemokrasi, promosi perdamaian, dan pemberantasan unsur-unsur subversif merupakan kunci kemenangan.

Anwar mengatakan, kemajuan Turki dan tempatnya di dunia akan lebih terjamin di bawah pengawasan dinamis Erdogan. Erdogan adalah wajah dari pemimpin Islam modern dan progresif.

"Saya juga yakin bahwa kemenangan Anda juga merupakan kemenangan bagi dunia Islam dalam menggambarkan wajah Islam modern dan progresif yang mencakup perubahan tanpa mengorbankan nilai-nilai iman kita dan ajaran-ajaran mendasar Nabi (SAW)," kata Anwar.

Pernyataan Erdogan tentang "satu bangsa, satu bendera, satu negara, satu negara" dalam pidato kemenangan, menurut dia, adalah tanda sejati seorang negarawan dalam menyatukan pihak-pihak yang bertikai setelah pemilihan yang keras. "Kami di Malaysia juga akan melalui babak yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah bangsa kami setelah kemenangan partai koalisi saya untuk pertama kalinya," katanya.

Ketika memulai masa jabatan kedua sebagai presiden Turki, ujar Anwar, dirinya menantikan untuk melanjutkan hubungan kerja tersebut, meskipun kali ini bukan sebagai pemimpin oposisi Malaysia, melainkan sebagai peserta dalam pemerintahan dan kepemimpinan baru di Malaysia.

Sejumlah pemimpin dari berbagai negara pun mengucapkan selamat kepada Erdogan. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengucapkan selamat atas "kesuksesan besar" Erdogan dalam pemilu presiden. Dalam pembicaraan telepon, Aliyev mengatakan Turki tumbuh pesat di bawah kepemimpinan Erdogan, sementara posisi Ankara di dunia internasional  makin moncer.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan yang sama terhadap Erdogan atas kesuksesan proses demokratik di Turki dan kemenangannya dalam pemilu presiden. "Saya berharap Turki makin sukses, maju, dan stabil," kata dia.

Dari Serbia, Presiden Aleksander Vucic berharap Erdogan berhasil menjalankan amanah. "Serbia sangat mengutamakan persahabatan dengan Turki. Kami akan terus menjadi rekan yang bisa diandalkan kepada Turki dan pemimpinnya, yang siap melindungi negaranya pada masa yang penuh tantangan," kata Vucic dalam pernyataan tertulis.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan selamat kepada Erdogan yang telah berhasil memenangkan pemilu di Turki. Ia pun meminta Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi untuk mengatur telekomunikasi antara dirinya dan Erdogan.

"Tadi pagi saya dapat laporan dari Menlu dan saya mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Presiden Tayyip Erdogan sebagai presiden Turki. Tadi saya sudah minta Menlu untuk mengatur agar saya bisa telepon langsung ke Erdogan," ujar Jokowi setelah meninjau Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (25/6).

Jokowi menilai, Indonesia dan Turki memiliki banyak kemiripan sebagai negara besar Muslim. Ia pun berharap hubungan bilateral kedua negara makin meningkat dan lebih baik lagi, terutama di bidang ekonomi dan juga investasi. "Karena memang kedekatan Indonesia dengan Turki dalam forum-forum OKI saya kira tidak perlu diragukan lagi," katanya menambahkan.

Pemimpin agama dari komunitas non-Muslim di Turki mengucapkan selamat kepada Presiden Recep Tayyip Erdogan atas keberhasilannya dalam pemilihan presiden dan parlemen pada Ahad (24/6). Uskup Agung Armenia Armenia Levon Zekiyan, Vikaris Patriark Armenia Turki Aram Ateshian, Kepala Komunitas Yahudi Turki Ishak Ibrahimzadeh, dan Gereja Katolik Suriah Turki Patriarkal Vicar Orhan Canli, Kepala Serikat Yayasan Armenia Bedros Sirinoglu, kepala rabi dari komunitas Yahudi di Turki Ishak Haleva adalah sederet pemimpin agama yang mengucapkan selamat kepada Erdogan.

Penegasan otoritas politik Erdogan

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan siap melanjutkan hubungan strategis dengan Turki. "Presiden Rusia (Putin) menekankan bahwa hasil pemungutan suara sepenuhnya menegaskan otoritas politik besar Erdogan, dukungan luas dari tujuan yang dikejarnya di bawah kepemimpinannya terhadap penyelesaian tugas-tugas sosial dan ekonomi penting yang dihadapi Turki, dan meningkatkan posisi kebijakan luar negeri negara tersebut," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan pada Senin (25/6), dikutip laman kantor berita Rusia TASS.

Dengan kemenangan Erdogan, Putin menyatakan siap melanjutkan kemitraan strategis Rusia dengan Turki. "Presiden Rusia mengkonfirmasi kesiapan untuk melanjutkan dialog substantif, kerja sama yang erat pada agenda bilateral, regional, dan internasional, menekankan bahwa tidak diragukan lagi, ini memenuhi kepentingan rakyat Rusia dan Turki, serta sejalan dengan menjaga perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Eurasia," kata Kremlin.

(kamran dikarma/reuters/anadolu agency ed: fitriyan zamzami)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement