Rabu 20 Jun 2018 23:11 WIB

Tim SAR Diharapkan Maksimalkan Cari Korban Kapal Tenggelam

Basarnas dapat meminta bantuan pada TNI AL untuk menerjunkan tim penyelamnya.

Keluarga penumpang KM Sinar Bangun melihat daftar nama korban yang hilang, di posko Pelabuhan Tigaras, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (20/6).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Keluarga penumpang KM Sinar Bangun melihat daftar nama korban yang hilang, di posko Pelabuhan Tigaras, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (20/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim SAR Gabungan dan Posko Harian Mudik Nasional Kementerian Perhubungan diharapkan dapat bekerja maksimal mencari dan menemukan korban hilang pada tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Sumatra Utara. Harapan tersebut disampaikan Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, melalui pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu (20/6).

Menurut Bambang Soesatyo yang akrab disapa Bamsoet, berdasarkan data yang dihimpunnya, hingga Rabu (20/6) petang, baru ditemukan sebanyak 21 orang penumpang dari sekitar 180-an orang penumpang KM Sinar Bangun yang tenggelam di perairan Danau Toba, pada Senin (18/6). "Kami memahami kesulitan teknis yang dihadapi Tim SAR Gabungan pada penyelamatan penumpang KM Sinar Bangun yang belum ditemukan. Karena airnya yang keruh, kedalamannya cukup dalam, maupun sulitnya memfungsikan alat bantu pencarian. Namun, kami yakin Tim SAR Gabungan yang sarat pengalaman dapat mengatasi kesulitan teknis tersebut," katanya.

Menurut Bamsoet, dalam pencarian korban penumpang KM Sinar Bangun yang tenggelam, segala upaya perlu dilakukan. Kalau perlu, kata dia, Basarnas dapat meminta bantuan pada TNI AL untuk menerjunkan tim penyelamnya.

Di sisi lain, Bamsoet juga mendorong Kementerian Perhubungan untuk membenahi manajemen pada semua pelabuhan serta pengelolaan transportasi air pada  PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan). "Demi keamanan dan keselamatan, disiplin harus ditegakkan tanpa kompromi. Aturan teknis persyaratan kapal angkutan penumpang pun harus dipenuhi," katanya.

Politikus Partai Golkar ini berpandangan, dari tragedi KM Sinar Bangun, masyarakat dapat melihat bahwa manajemen pelabuhan Simanindo di Toba Samosir tidak cermat. Menurut dia, pada hari insiden naas, Senin (18/6), BMKG telah dua kali mengeluarkan peringatan dini tentang cuaca ekstrem di kawasan Sumatra Utara sebelum berangkatnya KM Sinar Bangun.

Pertama, peringatan dikeluarkan oleh kantor BMKG Sumatra Utara pada pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB, adanya cuaca ekstrem. "KM Sinar Bangun seharusnya tidak diizinkan berlayar pada saat itu," katanya.

Kedua, ada dugaan KM Sinar Bangun mengalami kelebihan muatan baik jumlah penumpang manusia maupun barang. Kapasitas angkutnya hanya 43 orang tapi pada hari naas tersebut diduga membawa penumpang mencapai 180-an orang serta puluhan kendaraan sepeda motor. "Di sini, terlihat manajemen pengawasan di pelabuhan Simanindo Toba Samosir tidak berfungsi," katanya.

Bamsoet menilai, pelanggaran atau kelalaian manajemen seperti ini cenderung terjadi di banyak pelabuhan untuk penyeberangan sungai, danau, dan selat. Sehingga dia menegaskan manajemen pengelolaannya di semua lokasi perlu dibenahi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement