Sabtu 09 Jun 2018 05:09 WIB

Saat Anies Baswedan Dideklarasikan Jadi Capres 2019

Anies mananggapi dingin pencalonan ini dan mengaku fokus benahi Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau salah satu kawasan di pulau reklamasi Teluk Jakarta, Jakarta, Kamis (7/6).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau salah satu kawasan di pulau reklamasi Teluk Jakarta, Jakarta, Kamis (7/6).

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Mas Alamil Huda, Mabruroh

Sejumlah ulama mendorong sekaligus mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Anies dianggap sebagai sosok yang mampu untuk memimpin negara karena kapasitas dan integritasnya.

Sekelompok ulama dan aktivis yang mengatasnamakan "Gerakan Indonesia untuk Indonesia" itu membuat keputusan bulat untuk mendorong, mendaulat, dan mendeklarasikan Anies Rasyid Baswedan maju sebagai capres 2019-2024. "Deklarasi ini didasarkan pada syarat komitmen, integritas, kapasitas, dan elektabilitas yang terpenuhi di dalam diri Anies Baswedan," kata Juru Bicara Gerakan Indonesia untuk Indonesia, Ustaz Haikal Hasan, Jumat (8/6).

Haikal mengatakan, komitmen kebangsaan dan kerakyatan ditunjukkan Anies dengan menginisiasi Indonesia Mengajar. Selain itu, kebijakan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu pro-rakyat kecil.

Hal itu terlihat ketika saat ini Anies menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Di antara kebijakan itu adalah menghentikan proyek reklamasi untuk menjaga kedaulatan negara dari kepentingan asing.

Selain itu, keberpihakan Anies kepada rakyat kecil, seperti nelayan, komunitas tukang becak, pedagang kaki lima, dan pengendara motor di Jalan Tamrin. "Anies adalah tokoh Indonesia untuk Indonesia," ujar dia.

Haikal melanjutkan, integritas Anies dibuktikan dengan mendapatkan opini WTP dari BPK hanya beberapa bulan setelah memimpin DKI. Anies juga dikenal sebagai pejabat yang bersih, tak terlibat dalam praktik korupsi yang menjadikannya tak mudah disandera oleh kepentingan siapa pun. Anies, menurut Haikal, juga tak memiliki beban sejarah yang bisa menghambatnya untuk berkontestasi di Pilpres 2019 dan menjalankan amanat kenegaraan.

"Karena itu, kami punya tekad yang bulat, kuat, dan sungguh-sungguh untuk mengikhtiarkan Anies menjadi presiden Indonesia 2019-2024," katanya.

Gerakan Indonesia untuk Indonesia ini diisi oleh sejumlah ustaz dan ulama. Antara lain, Ustaz Fahmi Salim Zubair, Ustaz Wahfiuddin, Dr Taufan Maulamin, Dr Jeje Zainuddin, serta sejumlah ulama dan habaib.

Anies Baswedan justru menanggapi dingin atas dorongan sekelompok masyarakat yang mendeklarasikannya sebagai capres 2019. Ia mengaku saat ini hanya ingin fokus mengurusi Jakarta.

"Aduh, itu saya tidak mau ikut-ikut, saya urus Jakarta," kata Anies di Balai Kota.

Sebelumnya, nama Anies masuk dalam jajaran capres alternatif dari survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi). Meskipun dalam survei yang didapat dari 1.033 responden di 34 provinsi ini, nama mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo menjadi capres alternatif paling tinggi.

Selain muncul sebagai capres alternatif, nama Anies hampir selalu muncul di beberapa survei juga sebagai calon wakil presiden. Survei Kedai Kopi periode 13 April hingga 16 April 2018 tersebut menempatkan Anies yang meraih 9,4 suara.

Pendiri Kedai Kopi Hendri Satrio menyebut, Anies berpeluang ikut memeriahkan Pilpres 2019, baik sebagai capres maupun cawapres. Anies pun memiliki peluang untuk menjadi cawapres Jokowi maupun Prabowo.

"Punya, Anies punya peluang untuk jadi capres, cawapres, semuanya hari ini punya peluang," ujar Hendri menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement