REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku telah menerima surat pengunduran diri Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif. Menurut dia, surat tersebut telah diterimanya Jumat (8/6) pagi ini.
"Ya jadi pagi tadi saya sudah menerima surat pengunduran diri dari Pak Yudi Latif," kata Jokowi di rumah dinas Ketua MPR, Jakarta, selepas berbuka puasa bersama.
Lebih lanjut, Presiden mengatakan, dia menghargai seluruh upaya yang telah dilakukan oleh Yudi Latif dalam proses pembentukan Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) menjadi badan otonomi BPIP. Menurut dia, kerja keras dan integritas Yudi Latif dalam memimpin BPIP tak diragukan lagi. Pengunduran diri Yudi Latif pun disebabkan Yudi ingin lebih berkonsentrasi terhadap masalah pribadi dan keluarganya.
"Tapi dalam surat disampaikan karena ada urusan pribadi keluarga yang harus lebih diberikan perhatian. Beliau mengundurkan (diri)," ucap Jokowi.
Terkait figur pengganti Yudi Latif, Jokowi enggan menyampaikan lebih lanjut. Sementara itu, terkait hak keuangan yang seharusnya diterima oleh Yudi, Jokowi menyerahkan hal ini kepada Mensesneg Pratikno.
Baca juga: Ini Penjelasan Yudi Latif Mundur Sebagai Kepala BPIP
Yudi Latif mengumumkan pemunduran dirinya dari jabatan sebagai kepala Badan BPIP. Yudi beralasan dirinya mundur agar adanya penyegaran kepemimpinan baru di BPIP.
"Saya merasa, perlu ada pemimpin-pemimpin baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Harus ada daun-daun yang gugur demi memberi kesempatan bagi tunas-tunas baru untuk bangkit. Sekarang, manakala proses transisi kelembagaan menuju BPIP hampir tuntas, adalah momen yang tepat untuk penyegaran kepemimpinan," kata Yudi melalui keterangan tertulis yang dimuat di laman resmi kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Jumat (8/6).
Yudi diketahui adalah pejabat kepala BPIP sejak lembaga tersebut masih bernama UKP-PIP sejak 7 Juni 2017. UKP-PIP kemudian bertransformasi menjadi BPIP sejak 28 Februari 2018 ini. Yudi mengundurkan diri terhitung sejak Kamis (7/6), tepat setahun sejak dirinya dilantik menjadi kepala BPIP.
Dalam keterangan tertulis tersebut, Yudi menjelaskan, BPIP tidak punya kewenangan eksekusi secara langsung. Sehingga, Yudi merasa masih sedikit yang bisa dikerjakan oleh BPIP dari sekian banyak tanggung jawab yang mereka emban.
Guru besar yang pernah belajar di Universitas Padjadjaran dan Universitas Nasional Indonesia itu mengatakan bahwa setelah setahun berjalan, BPIP baru menghabiskan anggaran senilai Rp 7 miliar. Anggaran itu ada setelah pengajuan lewat anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P) yang menginduk kepada Sekretariat Kabinet (Setkab).
Selain kendala keuangan, kinerja BPIP sempat terhambat karena, kata Yudi, para Dewan Pengarah dan anggota BPIP merasa lembaga tersebut tidak memiliki hak keuangan. Sebab, hal tersebut harus menunggu peraturan presiden (perpres).
Karena itulah, lanjut Yudi, para Dewan Pengarah BPIP berpikir untuk menukar bentuk dari UKP-PIP menjadi BPIP. Sehingga, BPIP menjadi badan tersendiri agar kewenangannya tidak lagi terbatas. Namun, kenyataannya, menurut Yudi, pergantian dari UKP-PIP menjadi BPIP memakan waktu karena banyaknya prosedur yang harus dilalui.
Yudi menjelaskan, dari sekian banyaknya kendala yang dihadapi BPIP, bukan berarti para pengurusnya tidak mengerjakan apa-apa. Ia mengaku para anggota BPIP tetap semangat melaksanakan tugas untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila ke seluruh pelosok Tanah Air yang terkadang melewati batas jam kerja.
"Dengan mengatakan kendala-kendala tersebut tidaklah berarti tidak ada yang kami kerjakan. Setiap hari ada saja kegiatan kami di seluruh pelosok Tanah Air, bahkan sering kali kami tak mengenal waktu libur," ujar Yudi.
Ia menyebutkan, serangkaian kegiatan BPIP yang sudah terlaksana merupakan inisiatif dari program pembudidayaan Pancasila dari lembaga negara lainnya. Untuk itu, Yudi berterima kasih kepada pihak-pihak yang selalu aktif menanamkan Pancasila ke dalam kehidupan masyarakat. Yudi mengakui bila terdapat masih banyak kekurangan dari penyelenggaraan BPIP selama tahun ini, itu murni kesalahannya sebagai kepala.
"Saya mohon pamit. Segala yang lenyap adalah kebutuhan bagi yang lain, (itu sebabnya kita bergiliran lahir dan mati). Seperti gelembung-gelembung di laut berasal, mereka muncul, kemudian pecah, dan kepada laut mereka kembali," kata Yudi.
Baca juga: Moeldoko: Pengganti Yudi Latif Harus Punya Kapasitas Sama