Ahad 27 May 2018 16:08 WIB

Penjual Keong Sawah Sudah Berjualan Enam Tahun

Penjual makanan tutut mendapatkan bahannya dari Pasar Bogor.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Korban keracunan keong sawah dirawat di Puskesmas Bogor Utara. Hingga Ahad (27/5) pagi jumlah korban mencapai 89 orang.
Foto:
Korban keracunan keong sawah dirawat di Puskesmas Bogor Utara. Hingga Ahad (27/5) pagi jumlah korban mencapai 89 orang.

Rosidah dan dua keponakannya masuk puskesmas berbarengan pada Sabtu pagi. Sebelumnya, Rosidah sudah cukup sering makan tutut, namun baru kali ini ia mengalami keracunan. Ia dan dua keponakannya memakan tutut pada malam hari setelah menunaikan shalat tarawih.

Saat ini ia merasa sudah lebih baik, tinggal menghilangkan rasa pusing dan diare saja. Sementara sebelum masuk puskesmas, Rosidah merasa lemas seperti tidak memiliki tenaga.

Korban lainnya yang baru masuk Puskesmas Bogor Utara pada Ahad pagi adalah Tumini yang berasal dari Solo. Wanita berusia 43 tahun ini mulai merasa sakit sejak Kamis namun menganggap hanya sakit biasa.

"Memang saya ada penyakit darah tinggi cuma pusingnya beda. Ini pusing sekali, ditambah diare. Perutnya melilit," ujarnya.

Warga RT 03 ini memakan tutut itu sendirian. Anggota keluarganya yang lain memang diakui tidak terlalu suka dengan makanan tradisional tersebut.

Satu orang anaknya, disebut sempat memakan satu buah. Namun makanan tersebut hanya sempat dikunyah tanpa ditelan. Sang anak pun terbebas dari petaka keracunan tutut.

"Padahal nggak banyak, harga Rp 2.000 sekantong. Itu isinya sedikit. Ukuran plastik seperempat kilogramlah," lanjutnya.

Sakit yang dirasakan Tumini sejak Kamis lalu dianggap hanya sakit biasa. Namun semakin parah pada Sabtu malam dan puncaknya Ahad sebelum Subuh.

Tumini merasa pusing yang menimpanya tidak kunjung hilang, termasuk dirinya bolak-balik mengeluarkan BAB. "Pusingnya dua hari nggak hilang-hilang. Saya juga takut kekurangan cairan. Akhirnya tadi pagi ngerasa nggak kuat, dibawa ke puskesmas jadinya," ujarnya.

Ia mengaku meski perutnya terasa melilit namun tidak sampai muntah. Mengenai pemilik warung yang menjual tutut, Tumini mendengar kabar juga ikut menjadi korban. Bersama salah satu anaknya, ibu penjual itu dirawat di rumah sakit di Kota Bogor.

Selama bulan puasa, warga 03 ini mengaku sudah berulang kali membeli tutut. Tidak ada masalah berarti sebelumnya. Tahun-tahun sebelumnya pun masih biasa saja. Baru kali ini ia dan warga lainnya menjadi korban keracunan tutut.

"Udah berulang kali beli, biasa saja dimakannya. Cuma ini nggak tahu tiba-tiba. Saya juga kaget," lanjutnya.

Baca juga: Puskesmas Bogor Utara Imbau Warga tak Makan Keong Sawah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement