Ahad 27 May 2018 16:08 WIB

Penjual Keong Sawah Sudah Berjualan Enam Tahun

Penjual makanan tutut mendapatkan bahannya dari Pasar Bogor.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Korban keracunan keong sawah dirawat di Puskesmas Bogor Utara. Hingga Ahad (27/5) pagi jumlah korban mencapai 89 orang.
Foto: Republika/Zahrotul Oktaviani
Korban keracunan keong sawah dirawat di Puskesmas Bogor Utara. Hingga Ahad (27/5) pagi jumlah korban mencapai 89 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua RW 07 Kampung Sawah Kota Bogor Saiful Anwar menyebut penjual makanan tutut atau keong sawah yang menyebabkan 89 warganya keracunan sudah berjualan selama enam tahun. Namun baru kali ini makanan tersebut menyebabkan masalah bagi warganya.

"Jualan tututnya sudah lama, sudah enam tahun dan tidak pernah kejadian begini. Nah ini masih dicari tahu kenapanya. Kalau dari kata penjaga warung, kan itu tutut titipan," ujar Saiful kepada Republika.co.id di Puskesmas Bogor Utara, Ahad (27/5).

Korban keracunan tutut kebanyakan warga RW 07 Kampung Sawah, Kota Bogor dan dari tiga RT, yaitu RT 01, 02, dan 03. Mayoritas korban pun berusia anak-anak yang duduk di kelas lima atau enam SD.

Saiful menyebut pembuat tutut ini menitipkan jualannya tidak hanya disatu tempat. Namun nahas, warganyalah yang kemudian menjadi korban.

"Yang suka makan anak-anak. Kan abis Maghrib itu mereka senengnya makanin tutut. Buat buka itu kan rasanya asin gurih. Kadang dibuat camilan juga nggak pakai nasi, diisepin," kata Saiful.

Ada pula korban yang merupakan orang tua anak-anak tersebut, namun rata-rata karena mencoba makanan anaknya. Dari keterangan warganya, rata-rata mereka mengonsumsi tutut pada Rabu (23/5) atau Kamis malam (24/5). Pada Jumat baru warga merasakan kesakitan.

Keluhan yang pertama dirasakan adalah mual dan diare. Dari rasa sakit itu berlanjut ke suhu badan yang panas dan ditambah pusing.

"Ada yang mual, berlanjut ke diare, dan agak panas. Nah waktu dirasa nggak sembuh-sembuh, baru diperiksakan. Dari situ dokter bilang ternyata butuh diinfus dan ketahuan semuanya kalau keracunan," ujarnya.

Kampung Sawah bukanlah lokasi penghasil tutut. Penjual makanan tutut ini mendapatkan bahannya dari Pasar Bogor. "Di kampung itu tidak ada tempat buat nangkep tutut. Yang masak ini dapat dari Pasar Bogor. Beli di pasar, diolah, baru dijual," kata Saiful.

Rosidah selaku salah satu korban mengaku membeli tutut pada Rabu malam. Esoknya ia mulai merasa sakit perut dan mual.

"Berasa sakit mulai Kamis, soalnya makannya Rabu malam. Pertama sakit perut, itu sakit banget sampai mau muntah. Habis itu panas, lalu pusing dan diare," ujar mahasiswa STAI Syamsul Ulum Bogor ini.

Dalam keluarganya, Rosidah bukanlah satu-satunya korban. Dua keponakannya dirawat di Puskesmas Bogor Utara.

Wanita berusia 20 tahun ini bercerita bersama dua keponakannya memakan tutut. Ia membeli dua bungkus tutut yang tiap bungkusnya seharga Rp 2.000.

"Makan tututnya dua bungkus tapi dimakan bertiga. Yang sakit tiga-tiganya sama keponakan. Yang beli keponakan, tapi aku yang nyuruh," lanjutnya.

Baca juga: Korban Keracunan Mengaku Trauma Makan Keong Sawah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement