Ahad 20 May 2018 01:36 WIB

Anak Korban: Sebelum Kerja, Ayah Peluk Saya

Giri merupakan korban ledakan bom GPPS Arjuno yang meninggal dunia pada Jumat (18/9).

Polisi berjaga saat berlangsung olah TKP di lokasi bom bunuh diri di GPSS Arjuno, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (17/5).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Polisi berjaga saat berlangsung olah TKP di lokasi bom bunuh diri di GPSS Arjuno, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Marvel Putra Hasinta Casa (20 tahun), anak Giri Catur Sungkowo (47), mengungkapkan, sebelum kejadian peledakan bom, almarhum ayahnya sempat memeluk dirinya. Giri merupakan korban ledakan bom GPPS Arjuno yang meninggal dunia di RSUD Dr Soetomo Surabaya pada Jumat (18/9). 

Marvel yang ditemui di rumah duka di Surabaya, Sabtu, mengatakan da tidak mempunyai firasat dan tak menyangka dengan kepergian ayahnya karena kejadian nahas ketika bekerja. "Tidak ada firasat sama sekali, kata mama waktu saya tidur pas mau berangkat kerja sempat meluk saya," ujar Marvel.

Marvel mengaku mengetahui ayahnya menjadi salah satu korban bom bunuh diri saat orang-orang perwakilan Gereja GPPS Arjuno datang ke rumahnya di Jalan Pulosari III M no 3 Surabaya untuk menyampaikan kabar itu. "Orang gereja datang terus tanya ayah dimana, mama bilang belum pulang, ditelpon nggak dijawab, terus orang gereja bilang kalau ayah belum ketemu, saya langsung bangun mandi cari ayah ke gereja," kata Marvel.

Di mata Marvel ayahnya merupakan sosok yang penyabar dan baik. Bahkan, ada satu kebiasaan yang akan sulit dia lupakan yakni kebiasaan makan bersama sang ayah.

"Kami biasanya kalau pas makan sering disuapin mama, jadi saya sama ayah disuapin mama," ujar Marvel.

Pada kesempatan yang sama, Eko Raharjo yang merupakan kakak Giri mengatakan, almarhum sebelum kejadian sudah berpamitan kepada teman-temannya. "Wis yo pisah yo (sudah ya pisah ya) bilang ke teman-temannya ," ujar Eko menirukan ucapan adiknya.

Sama seperti Marvel, Eko mengaku tidak mempunyai firasat apapun. Dia pun mengaku hingga saat ini dirinya belum ikhlas ditinggal adiknya. 

Namun, dia berusaha ikhlas karena melihat organ tubuh adiknya. "Saya sebetulnya nggak ikhlas, lihat organ tubuhnya jadi nggak berfungsi, 95 persen luka bakar," ujar Eko.

Dia bercerita pertemuan terakhir dengan Giri sebelum kejadian adalah saat pergi ke Nganjuk. "Terakhir minggu lalu pergi ke Nganjuk jenguk saudara, pas pengeboman nggak nyangka, pertamanya dikira gereja depan tempat kerja adik saya, nggak nyangka," tuturnya.

Menurut keluarga Giri, pria yang sudah bekerja selama 25 tahun di GPPS Arjuno tersebut merupakan sosok pendiam dan baik. "Saya percaya adik saya mati syahid, soalnya pas lagi kerja, apalagi pas menghalau teroris," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement