Selasa 01 May 2018 18:30 WIB

May Day dari Ziarah ke Makam Marsinah hingga Donor Darah

FSPFarkes berziarah ke tokoh perjuangan buruh, Marsinah, di Nganjuk, Jawa Timur.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ratna Puspita
Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) berada di atas bak truk sambil membawa poster, saat berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/5).
Foto: ANTARA FOTO/R Rekotomo
Buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) berada di atas bak truk sambil membawa poster, saat berunjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Peringatan Hari Buruh Internasional tidak hanya diisi dengan aksi penyampaian pendapat lewat pengerahan massa. Banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk merayakan Hari Buruh Internasional atau May Day. 

Di Kabupaten Semarang, peringatan May Day pada Selasa (1/5) hari ini dilakukan dengan kegiatan jalan sehat yang melibatkan para pekerja dan keluargaya. Tak ketinggalan, para pekerja di Kota Salatiga juga turut serta dalam kegiatan tersebut.

Federasi Serikat Pekerja Farmasi (FSPFarkes) Reformasi mengambil momentum May Day untuk melakukan ziarah ke makam tokoh perjuangan kaum buruh, Marsinah, di Nganjuk, Jawa Timur. Sedikitnya, 50 orang pekerja yangtergabung dalam FSP Farkes Reformasi telah berangkat ke Nganjuk untuk melakukanziarah ke makam Marsinah, pada Senin (30/4) kemarin.

“Ini merupakan bentuk takzim kami kepadaibu Marsinah, yang merupakan pejuang kaum buruh,” kata Ketua DPC FSP FarkesReformasi Kabupaten Semarang, Irfai.

Memperingati May Day kali ini, dia mengatakan, FSP Farkes Reformasi ingin merefleksikan nilai- nilai perjuangan Marsinah dalam membela hak serta kepentingan kaum buruh. Seluruh biaya keberangkatan 50 buruh untuk berziarah ke makam Marsinah di Nganjuk ini merupakan hasil patungan dari para pekerja.

“Harapannya, dengan berziarah ini bisa memberikan motivasi sekaligus menginspirasi para pengurus FSP Farkes Reformasi dalam mengawal hak-hak para pekerja,” katanya.

Dia menyampaikan FSP FarkesReformasi memilih berziarah dan tidak mengikuti kegiatan jalan sehat di Alun-alun Bung Karno, Ungaran, menyambut May Day. Sebab, ia menerangkan, peringatan May Day seharusnya diisi dengan aksi-aksi yang lebih merepresentasikan kondisi buruh dan kaum pekerja yang sesungguhnya. 

photo
Aksi buruh di Semarang pada peringatan Hari Buruh Internasional, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/5). (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Saat ini, nasib buruh masih di bawahsejahtera. “May Day itu filosofinya merupakanperjuangan, bukan perayaan. Makanya, kami menghindari perayaaan dan lebih memilih untuk melakukan ziarah ke makam bu marsinah ini,” kata Irfai.

Ia mengatakan, hinggga hari ini, tingkat kesejahteraan pekerja masih jauh dari harapan. Tak terkecuali, para pekerja yang ada di wilayah Kabupaten Semarang.

Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kabupaten Semarang Rp 1.9 juta. Namun, Irfai mengatakan, upah itu masih di bawah angka yang layak untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup buruh dan keluarganya.

“Jadi sekian persen buruh itu belumsejahtera, ini saja berangkat kesana disubsidi oleh teman-teman yang tidakberangkat," kata dia.

Sementara itu, aksi kepedulian menyambut peringatan Hari Buruh Internasional dilakukan para karyawan pabrik Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (Tbk). Bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Semarang, para karyawan perusahaan ini menggelar aksi donor darah massal bagi karyawan di lingkungan pabrik. Donor darah ini diikuti oleh ratusanpekerja pabrik PT Sido Muncul. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement