Kamis 26 Apr 2018 08:34 WIB

Poros Ketiga Kesulitan Cari Figur Capres

Demokrat dinilai sebagai parpol yang tanggung karena “tidak ke sana atau ke sini”.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Elba Damhuri
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya membuat poros baru untuk menghadapi pemilihan presiden (pilpres) 2019 tampaknya akan melalui jalan yang terjal. Sebab, poros ketiga selain poros Jokowi dan Prabowo dinilai akan kesulitan menemukan figur  calon presiden.

Pengamat politik Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito mengatakan, Partai Demokrat, PAN, dan PKB akan sangat sulit membuat poros koalisi baru karena tidak ada figur yang dominan untuk dimunculkan ke publik. “Tidak ada figur yang dominan di tiga parpol itu. Elektabilitas figur yang mereka punya juga kurang begitu ngangkat untuk membuat poros baru,” kata Arie, Rabu (25/4).

Meski begitu, Arie mengakui, tiga parpol tersebut tidak mustahil mampu membuat poros koalisi baru untuk mengusung capres-cawapresnya sendiri. Namun, melakukannya akan sangat sulit, apalagi ketiga parpol itu ingin menaikkan figurnya masing-masing untuk menjadi capres.

“Sulit bila PAN satu blok dengan PKB. Siapa yang diajukan? Apakah Cak Imin dengan Zulkifli Hasan atau AHY yang jadi cawapresnya? Ini berat. Kalaupun mau, ngangkat-nya tidak kuat. Walau bukan mustahil, tapi itu sulit,” ujar dia.

Arie melanjutkan, PAN dan PKB tidak memiliki persenyawaan yang sama di kancah perpolitikan Indonesia. Sedangkan, Demokrat dinilai sebagai parpol yang tanggung karena “tidak ke sana atau ke sini”. “Suaranya juga tidak besar,” kata Arie.

Arie menambahkan, suka tidak suka, Demokrat harus bergabung dengan dua poros koalisi yang ada. Sebab, kefiguran Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih kurang cukup kuat untuk menaikkan posisi tawar dengan parpol lain.

Senada dengan Arie, analis sosial-politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun juga menilai Demokrat, PAN, dan PKB tidak memiliki figur kuat yang bisa menyaingi Joko Widodo ataupun Prabowo Subianto. “Yang ada saat ini paling tidak figur baru, ya AHY. Kalau disandingkan dengan Jokowi atau Prabowo maka AHY posisi pengalamannya tentu berada di paling buncit di antara tiga itu,” kata dia.

Ubedilah menjelaskan, apabila Demokrat, PAN, dan PKB membentuk poros koalisi baru, kemungkinan besar capres akan berasal dari Demokrat. Sebab, Demokrat memiliki suara paling tinggi di parlemen jika dibandingkan dengan PKB dan PAN. Dalam kondisi itulah tokoh yang berpeluang besar menjadi capres dari Demokrat adalah AHY.

Persoalan baru justru akan muncul apabila AHY benar-benar menjadi capres poros ketiga. Masalah itu adalah sikap PKB dan PAN yang akan berebut mengisi kandidat cawapres. “Menerima keputusan siapa cawapresnya itu yang susah. Itu yang harus diatasi,” kata Ubedilah.

Pendiri lembaga survei Kedai Kopi Hendri B Satrio melihat masih banyak nama-nama lain yang berpotensi menjadi pemimpin. “Bisa saja orangnya Rizal Ramli, Abraham Samad, AHY. Kemarin Jokowi juga berbicara tentang Susi Pudjiastuti. Jadi, banyak nama,” ujar Hendri.

Ketua DPP Partai Gerindra Riza Patria pesimistis akan munculnya poros ketiga. Sebab, poros politik yang bisa mengusung capres-cawapes adalah partai politik atau gabungan parpol yang memiliki 20 persen kursi DPR.

“Itu bukanlah persyaratan mudah, apalagi sudah banyak partai yang telah menyatakan dukungan terhadap dua capres potensial, yakni Jokowi dan Prabowo,” kata Riza.

(adinda pryanka/inas widyanuratikah, Pengolah: eh ismail).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement