Selasa 17 Apr 2018 20:54 WIB

Penyebab Ambrolnya Jembatan Widang Menurut Kementerian PUPR

Jembatan Widang di Lamongan ambrol pada Selasa (17/4) pagi.

Warga mengerumuni lokasi jembatan Widang yang runtuh, Tuban, Jawa Timur, Selasa (17/4).
Foto: Antara/Aguk Sudarmojo
Warga mengerumuni lokasi jembatan Widang yang runtuh, Tuban, Jawa Timur, Selasa (17/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menduga untuk sementara ambrolnya Jembatan Widang di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, karena beban berlebih. Jembatan Widang ambrol pada Selasa (17/4) pagi.

"Dari data-data yang ada, kemungkinan terbesar adalah akibat beban berlebih yang menyebabkan keruntuhan tersebut, " kata Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR, Arie Setiadi Moewanto kepada pers di Jakarta, Selasa petang.

Menurut Arie, pada saat kejadian sekitar pukul 11.05 WIB, pada jembatan yang memang lama tersebut, melintas satu dump truck limbah smelter dan dua truk muatan penuh pasir serta satu sepeda motor. "Namun, untuk memastikan dan melakukan investigasi, kami mengirim tim ahli dan independen dari Puslitbang Jalan dan Jembatan ke lokasi besok (18/4) pagi," katanya.

In Picture: Evakuasi Jembatan Tuban-Lamongan Ambruk.

Arie menjelaskan, tim tersebut akan melakukan pemeriksaan struktur dan kondisi jembatan di lapangan terhadap peristiwa tersebut. Tim kemudian melakukan analisis apakah perlu dilakukan penggantian menyeluruh atau membuat jembatan baru atau hanya mengganti bentangnya saja.

"Di jembatan itu ada lima bentang dengan masing-masing bentang panjangnya 260 meter dan mudah-mudahan pilarnya tidak rusak," katanya.

Jika pilarnya tidak rusak, kata Arie, maka hanya diperlukan penggantian bentangnya dan pemerintah punya stok sehingga sebelum Lebaran diharapkan perbaikannya sudah selesai. Arie mengakui bahwa Jembatan Cincin itu memang jembatan lama, tetapi setiap tahun telah ada pemeliharaan dan tahun lalu, memang ada pengencangan terhadap mur dan pelengkap jembatan lainnya.

"Itu harus terus dipelihara dan setiap tahun sudah ada anggarannya," katanya.

Arie mengatakan, bahwa seluruh jembatan di jalur jalan nasioal didisain untuk bisa menanggung beban maksimum 45 ton. "Data yang ada selama ini, di seluruh jembatan nasional, dilewati oleh truk yang sekitar 60 persen, bermuatan lebih. Ini yang selalu kita duduk bersama dengan pihak terkait," katanya.

Oleh karena itu, tegasnya, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan agar jembatan timbang lebih profesional lagi karena muatan lebih itu sangat merugikan khususnya untuk perkerasan jalan dan jembatan. "Muatan lebih itu sangat merusak," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement