Selasa 10 Apr 2018 14:49 WIB

Cerita Ibu Korban Miras Ketika Kehilangan Anaknya

Hari merupakan satu dari 41 warga Kabupaten Bandung yang jadi korban miras oplosan.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ratna Puspita
Heni Agustini (baju merah), ibu dari salah satu korban tewas miras oplosan Hari Suherman (22), mengaku kehilangan anaknya, Selasa (10/4). Heni didampingi istri korban korban (tengah, baju biru) dan paman korban (pakai topi).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Heni Agustini (baju merah), ibu dari salah satu korban tewas miras oplosan Hari Suherman (22), mengaku kehilangan anaknya, Selasa (10/4). Heni didampingi istri korban korban (tengah, baju biru) dan paman korban (pakai topi).

REPUBLIKA.CO.ID, CICALENGKA — Heni Agustini, warga Kampung Cipeutag, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, harus rela melihat anaknya, Hari Suherman (22 tahun), meninggal. Hari merupakan satu dari 41 warga Kabupaten Bandung yang menjadi korban tewas karena minuman keras (miras) oplosan jenis ginseng. 

Di kediamannya, tepat di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka, Heni bercerita, Heri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dia mengatakan setelah tidak bekerja di koperasi, selama kurang lebih dua minggu, Hari bekerja sebagai tukang ojek tidak jauh dari rumahnya.

Ia menuturkan, Sabtu (7/4) malam, Hari pergi keluar rumah. Ketika itu, Heni sempat menanyakan ke anaknya hendak pergi kemana. Namun, Hari tidak menjawab dan langsung pergi keluar rumah. 

Kemudian, saat kembali dan berada di rumah. Heni sempat menanyakan kepada Hari minum oplosan atau tidak.

Dia mengaku sengaja bertanya kepada anaknya karena khawatir melihat berita banyaknya warga yang mengeluh sakit dan dilarikan ke RSUD Cicalengka, Kabupaten Bandung. Namun, anaknya tersebut mengaku tidak meminum oplosan.

"Minggu pagi, saya tanya minum enggak? Jawabnya enggak. Terus dia (Hari) tidur dan terbangun jam 12.00 WIB langsung muntah-muntah," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (10/4).

Melihat anaknya muntah-muntah, Heni kembali bertanya kepada anaknya apakah minum miras oplosan. Namun, jawaban Hari tetap sama. Dia mengaku tidak minum miras oplosan. 

Saat itu, Hari tidur kembali. Pukul 14.00, Hari kembali terbangun dan muntah-muntah hingga pukul 19.00 WIB.

Setelah dibawa ke rumah sakit pada Ahad malam, korban sempat koma sekitar pukul 00.00 dan kemudian meninggal dunia pada Senin (9/4) sekitar pukul 05.00. Heni mengatakan sengaja membawa anaknya ke rumah sakit karena khawatir terjadi apa-apa. 

“Sebelum dibawa ke rumah sakit, bilang ke istrinya matanya blur. Ditanya juga, jawabannya pusing," kata Heni.

Menurutnya, sebelum dibawa ke rumah sakit dan sebelum meninggal, anaknya meminta maaf kepada istrinya. Kepada istrinya, Heni mengungkapkan, Hari berharap agar kejadian tersebut tidak terulang dan menjadi pelajaran. Selain itu, Heni menuturkan, anaknya juga menyadari perbuatan tersebut bisa menyakiti hati orang tua. 

Ia mengatakan, sepanjang hidupnya, Heri sering menemani dirinya kemana pun. Ia pun mengungkapkan anaknya tersebut baru pertama kali minum miras. "Saya sangat kehilangan anak saya," kata dia. 

Kini, Heni pun berharap aparat kepolisian menghukum dengan seberat-beratnya. Sebab, dia menyatakan, banyak korban yang tewas akibat miras oplosan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement