Senin 09 Apr 2018 16:36 WIB

Ketika Dedi Mulyadi Kedatangan Penyanyi Idolanya

Sudah saatnya masyarakat Jabar menata kembali spirit dan ideologis seni budayanya.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Rahmat Santosa Basarah
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi bersama penyanyi legendaris Nining Meida
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi bersama penyanyi legendaris Nining Meida

REPUBLIKA.CO.ID,PURWAKARTA -- Penyanyi pop sunda era 80-an, Nining Meida, mendatangi kediaman pribadi Cawagub Jabar Dedi Mulyadi, di Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta. Kedatangan penyanyi dengan tembang hits Kalangkang ini, tentu saja disambut baik oleh Kang Dedi.  Nining Meida merupakan salah satu penyanyi idola Cawagub yang berpasangan dengan Cagub Deddy Mizwar ini.

 

Nining Meida mengatakan dirinya sebagai seniman di Jabar merasa sangat mengapresiasi atas konsistensi Dedi Mulyadi dalam melestarikan budaya sunda. Apalagi selama memimpin Purwakarta dua periode ini, Dedi termasuk pemimpin yang sukses membawa daerah ini menuju kepopularitasan. "//Abdi reeus// (saya bangga) masih ada pemimpin yang mau melestarikan seni budaya sunda," ujar Nining, kepada Republika, Senin (9/4).

 

Karena itu lanjut Nining, dirinya ingin menyuarakan kondisi terkini mengenai para seniman di Jawa Barat. Mengingat sampai saat ini perhatian pemerintah terhadap seniman belum maksimal. Bahkan para seniman era 80-an, nasibnya cukup memprihatinkan. Karena para seniman ini mulai tergerus oleh moderninasi.  Nining sangat berharap, jika nanti Dedi Mulyadi terpilih jadi wakil gubernur, supaya tidak melupakan seni dan budaya. Selain itu pemerintah provinsi juga turut memproteksi keberadaan para seniman-seniman yang sudah senior ini. "Saya ingin seniman Jabar bisa bersaing dengan seniman dari daerah luar, bahkan seniman asing," ujar Nining.

 

Menanggapi hal itu, Cawagub Dedi Mulyadi menilai seni dan budaya di Jabar ini tidak jadi ideologis bagi masyarakatnya. Karenanya dalam produk budayanya tidak ada yang jadi spirit. Sehingga ketika seni dan budaya asing masuk, maka seni budaya lokal mudah tergerus. "Berbeda dengan masyarakat di Jogjakarta atau Bali. Di dua wilayah itu, seni dan budaya dijadikan ideologis sehingga spiritnya tetap ada. Makanya budaya di Jogya atau Bali begitu kuat dan mengakar," ujar Dedi. Dikatakannya, sudah saatnya masyarakat Jabar menata kembali spirit dan ideologis akan seni budayanya. Bahkan produk-produk budaya ini harus jadi kebanggaan, idiom dan melahirkan perubahan pembangunan.

 

Menurut Dedi, dirinya pernah mempraktikkan spirit budaya dalam pembangunan di Purwakarta. Ternyata bisa dilakukan. Selama 10 tahun terakhir pembangunan di Purwakarta berbasis budaya. Karena, dari spirit budaya ini, hasilnya juga akan positif. Sebab, budaya ini selalu mengedepankan rasa dalam setiap produknya. Salah satu produk dari spirit budaya itu, yakni tata nilai kehidupan masyarakat yang masih memegang teguh budaya dan tradisinya akab berbeda dengan masyarakat biasa saja. "Daerah tanpa spirit budaya, dari atmosfirnya saja akan sangat berbeda dengan daerah yang sangat kental memegang teguh idiom kebudayaannya, " ujar Dedi.

 

Menurut Dedi, di Jabar bisa dilakukan. ''Asalkan ada keselarasan antara masyarakatnya, senimannya, budayawannya serta pemerintahnya. Jika sudah bersinergi, maka Jabar akan memilikk identitasnya lagi,'' katanya. Selain itu, Dedi mengkritisi saat ini seniman harus bisa menghasilkan karya yang sesuai dengan kebutuhan zaman. "Harus ada terobosan baru, supaya pop sunda tetap digandrungi. Misalkan dikolaborasikan dengan genre musik hip hop atau aliran musik lainnya," ujar Dedi. N ita nina winarsih

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement