REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar akan memperjuangkan ketua umumnya, Airlangga Hartarto, untuk mendampingi Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pemilu 2019. Posisi politik Golkar akan semakin kuat seandainya Jokowi memilih Airlangga sebagai cawapresnya.
Melalui siaran pers, Sabtu (7/4), Wakil Ketua Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo menjelaskan posisi politik yang akan semakin kuat itu terutama dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat. “Kita harus berjuang untuk mendapatkan posisi itu," kata dia pada kegiatan Orientasi Fungsionaris DPP Partai Golkar di Jakarta, Sabtu.
Pria yang biasa disapa Bamsoet ini menegaskan Partai Golkar harus meraih kemenangan mutlak dalam Pilkada serentak 2018, Pileg dan Pilpres 2019. Kemenangan tersebut akan memantapkan posisi Partai Golkar sebagai kekuatan yang konsisten dalam menjaga, mengawal, dan mengamankan keutuhan NKRI.
"Kemenangan Partai Golkar akan kian memantapkan partai menjadi benteng yang kokoh dalam mencegah, melawan, dan mengamankan Pancasila dari ancaman ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila. Kita juga menjamin kesinambungan pembangunan nasional sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," tegasnya.
Bamsoet menyebutkan, Partai Golkar mempunyai empat pilar kekuatan yang menjadi modal kuat. Keempat pilar tersebut yaitu pilar struktur partai mulai dari pusat sampai ke tingkat desa/kelurahan; pilar Eksekutif kader Golkar yang menjadi menteri dan kepala daerah; Pilar Legislatif anggota DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pilar Ormas organisasi pendiri dan didirikan Golkar.
"Saya yakin, dengan berbagai kekuatan tersebut, Partai Golkar akan mampu memenangkan Pileg dan Pilpres 2019. Kayakinan saya ini diperkuat karena Partai Golkar adalah partai besar yang berpengalaman dan punya sejarah panjang dalam kehidupan bangsa dan negara," ujarnya.
Bamsoet juga memaparkan secara panjang lebar perjalanan transformasi Partai Golkar sejak era Reformasi. Dibawah kepemimpinan Akbar Tandjung (1998-2004), Partai Golkar mampu mempertahankan prestasi elektoral pada Pemilu 1999 dan 2004. Kepemimpinan Jusuf Kalla (2004-2009) mengembalikan Partai Golkar sebagai pendukung pemerintah, serta mendorong proses regenerasi kepemimpinan.
"Pak Aburizal Bakrie melanjutkan kepemimpinan pada 2009-2015 dan 2015-2016 dengan penataan sistem pengelolaan partai. Kemudian kita mengalami cobaan, inilah ujian yang semakin membesarkan Partai Golkar. Kita terbukti bisa melewatinya dengan baik melalui kesuksesan Munaslub 2016 di Bali dengan memilih Pak Setya Novanto sebagai Ketua Umum," ujar Bamsoet.
Dalam kesempatan yang sama, Bamsoet mengapresiasi misi utama kepemimpinan Novanto yang melakukan rekonsiliasi dan konsolidasi total. Mengembalikan marwah Partai Golkar dengan proyeksi kemenangan Pilkada, Pileg, dan Pilpres 2019.
"Saat ini tampuk kepemimpinan Partai Golkar dilanjutkan Pak Airlangga Hartarto. Dengan waktu yang relatif singkat, hanya sekitar 1,5 tahun, kita harus membantu beliau meningkatkan akselerasi kerja dengan konsolidasi secara menyeluruh dan berkesinambungan. Kita punya empat program unggulan, yakni sembako murah, lapangan kerja yang luas, rumah terjangkau, dan revolusi industri 4.0," papar Bamsoet.
Baca Juga: Luhut: Golkar Harus Bisa Kapitalisasi Dukungan untuk Jokowi