Selasa 20 Mar 2018 18:43 WIB

Pemerintah Alokasikan Formasi Khusus untuk Diaspora

Kemenpan RB tidak melakukan tes kepada diaspora yang ingin menjadi dosen.

Menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi (PANRB) Asman Abnur
Foto: Republika/Edi Yusuf
Menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi (PANRB) Asman Abnur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Reformasi Birokrasi mengalokasikan formasi khusus untuk para diaspora atau orang Indonesia yang berada di perantauan jika ingin kembali ke Tanah Air. Bahkan, Kemenpan RB tidak akan melakukan tes kepada diaspora yang ingin menjadi dosen di dalam negeri. 

"Para diaspora ini akan menjadi sasaran kami, kami akan alokasikan formasi khusus bahkan kalau dosen tidak perlu ada tes lagi," ujar Menpan RB Asman Abnur dalam acara konsultasi publik di Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) di Jakarta, Selasa (20/3).

Dia menjelaskan para diaspora sebagian besar adalah anak-anak yang mendapatkan beasiswa dari negara. Kemudian begitu tamat, mereka sebagian besar bekerja di negara lain sementara karirnya sangat dibutuhkan di Tanah Air.

"Saya koordinasi dengan Menristekdikti, ini potensi untuk direkrut. Mari kita carikan solusinya, perguruan tinggi mana yang dibutuhkan, bidang ilmu mana saja nanti jabatannya kita setarakan. Itu yang namanya formasi khusus,” ujar dia.

Untuk infrastruktur untuk penelitian, Asman juga menambahkan pihaknya akan menfasilitasinya. Kemudian, lanjut dia, sejak tahun lalu pihaknya merekrut lulusan terbaik atau cum laude. Asman menjelaskan tujuannya untuk memperkuat barisan Aparatur Sipil Negara (ASN).

"Kami juga mengubah pendidikan dan pelatihan bagi para ASN, kurikulumnya akan diperbaiki. Kami mohon dukungan dari Kemristekdikti dalam merancang kurikulum ini," cetus dia.

photo
Menristekdikti Mohammad Nasir. (Antara/Adiwinata Solihin)

Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan diaspora merupakan bagian penting untuk bisa membangun Indonesia semakin baik. "Untuk itu, kami sangat menyambut baik. Kami akan menghubungan dengan perguruan tinggi yang mau menerima dan disesuaikan dengan bidang keilmuannya," kata Nasir.

Nasir menjelaskan pengalaman para diaspora tersebut akan disetarakan, misalnya, jika pengalamannya 20 tahun maka disetarakan dengan golong empat. Hal itu, menurut Nasir, akan jauh lebih baik dan mendorong para diaspora untuk kembali ke Tanah Air.

photo
Dino Pati Djalal.

Ketua Dewan Penyantun Indonesia Diaspora Network Global Dino Patti Djalal menyambut baik wacana tersebut karena komunitas diaspora banyak yang memiliki intelektual kapital, keahlian dan sebagainya. Para diaspora banyak yang ingin pulang dan membantu membangun ke Tanah Air.

“Akan tetapi, kalau ada tawaran fleksibilitas dan kekhususan, saya yakin mereka tertarik untuk pulang. Kami menyatakan akan bekerja sama dengan Pak Menpan RB dan Menristekdikti untuk menindaklanjuti hal ini," kata Dino.

Dino menjelaskan saat ini jumlah diaspora yang berpaspor Indonesia berjumlah delapan juta orang. Namun, yang mempunyai modal intelektual belum ada datanya.

“Akan tetapi cukup banyak karena setiap saya kemanapun, saya selalu ketemu profesor orang Indonesia, inovator orang Indonesia dan pengusaha orang Indonesia. Jadi memang kelemahan kita di datanya, baik di pemerintahan maupun di kalangan diaspora. Ini akan menjadi salah satu program kami," papar Dino.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement