Selasa 20 Mar 2018 18:14 WIB

Polri Gandeng PPATK Susuri Rekening Surabaya Black Hat

Penyidik akan mendalami hasil analisa PPATK untuk mengecek kebenaran sumbernya.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Bilal Ramadhan
Hacker (ilustrasi)
Foto: pixabay
Hacker (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri melakukan penelusuran terhadap rekening keuangan terkait kelompok peretas Surabaya Black Hat (SBH) yang diungkap Polda Metro Jaya. Dalam menerlusuri dana tersebut, Polri akan meminta bantuan pada Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK).

"Penyidik akan menyurati PPATK bahwa rekening ini tolong dipantau. Nanti dari sana akan keluar laporan hasil analisa yang akan dikirim ke penyidik. Penyidik akan mendalami siapa-siapa dan dicek kebenaran sumbernya," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen Polisi Setyo Wasisto di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (20/3).

Kasus ini ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Saat ini, polisi masih mendalami jejaring dan sumber uang di rekening para pelaku. Polri masih memerlukan waktu untuk mengusut kasus tersebut.

"Kan kasus ini tidak mudah, konstruksi hukumnya harus betul-betul memenuhi unsur," ujar Setyo.

Setyo pun menyatakan tidak menutup kemungkinan adanya pelaku lain di luar Surabaya Black Hat. Kasus ini berawal dari Federal Bureau of Investigation (FBI) yang menginformasikan adanya kerusakan sejumlah sistem pengamanan situs pada beberapa negara.

Hal tersebut direspons Polda Metro Jaya yang melakukan analisis selama dua bulan. Berdasarkan hasil analisis dan penyelidikan, diketahui bahwa sistem keamanan situs yang diretas mencapai 3.000 web yang dilakukan mahasiswa asal Surabaya, Jawa Timur, bernama kelompok Surabaya Black Hat (SBH).

Dari SBH itu ditangkap tiga mahasiswa berinisial KPS, ATP, dan NA. Para tersangka menjalankan modus merusak sistem pengamanan situs. Mereka menawarkan jasa perbaikan melalui Paypal dan bitcoin dengan kisaran Rp 5 juta dengan ancaman jika tidak membayar maka sistem situs akan rusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement