REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mencatat, Provinsi Lampung yang dikenal sebagai produsen kopi dan lada ternyata masih mengimpor dua komoditas andalan provinsi tersebut pada Februari 2018. Bahkan, dua komoditas tersebut termasuk menyumbang nilai impor tertinggi.
Kepala Bidang Distribusi Statistik BPS Lampung Bambang Widjanarko mengatakan, komoditas biji-bijian berminyak mengalami kenaikan impornya pada Februari 2018. ''Komoditas utama yang menyumbang nilai impor tertinggi adalah kopi, teh, dan rempah-rempah,'' kata Bambang pada keterangan persnya di Bandar Lampung, Kamis (15/3).
Ia mengatakan, dua komoditas andalan Provinsi Lampung, yakni kopi dan lada, juga mengalami impor. Menurut dia, Provinsi Lampung hanya memproduksi lada dalam bentuk mentah, sedangkan pasar membutuhkan lada dalam bentuk produk lain. Hal sama juga terjadi pada komoditas kopi.
Mengenai Lampung masih impor kopi, ia mengatakan, saat ini Lampung memproduksi kopi robusta, sedangkan peminat kopi arabika meningkat sehingga kebutuhan kopi arabika juga meningkat.
Berdasarkan data BPS Lampung per Februari 2018, komoditas kopi dan lada menyumbang nilai impor tertinggi Provinsi Lampung. Dua komoditas tersebut mengalami kenaikkan sebesar 164,74 persen.
Bambang mengatakan, total nilai impor Lampung berbagai komoditas pada Februari 2018 mencapai 159,98 juta dolar AS atau turun 31,02 persen dibandingkan pada Januari 2018. Negara pemasok barang impor ke Provinsi Lampung pada Februari 2018 menurut kelompok negara utama berasal dari Cina, Iran, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.