REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyebaran informasi atau berita hoaks di jejaring media sosial akan terus meningkat di tahun politik ini. Bahkan, Direktur Informasi dan Komunikasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto memprediksi penyebaran hoaks akan meningkat tajam menjelang Pilpres 2019.
"Pastinya lebih tinggi, terlebih saat ini memasuki tahun politik," kata saat diskusi, di Jakarta, Rabu (14/3).
Menurut dia, berita-berita hoaks di media sosial akan semakin gencar untuk penggiringan opini, membuat berita positif bagi kandidatnya dan untuk black campaign atau kampanye hitam bagi lawan politiknya. "Patroli siber akan terus digalakkan. Mudah sekali untuk mengetahui penggugah pertama karena saat ini teknologinya sudah canggih," katanya.
Karena itu, kata Wawan, BIN akan melakukan pendekatan secara persuasif dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat. “Kami tidak ingin sedikit-sedikit ditangkap karena penjara akan penuh. Kami ingin ada sikap mendidik, saling menasihati dan saling mengingatkan bahwa apa yang dilakukan tidak benar," katanya.
Menurut dia, berita hoaks di jejaring media sosial jumlahnya sudah cukup banyak. Bahkan, informasi hoaks sudah mencakup 60 persen dari konten media sosial di Indonesia.
Wawan menuturkan bahwa Indonesia ini menjadi negara yang rentan dengan hoaks mengingat pengakses internet Indonesia sudah mencapai lebih dari 50 persen dari jumlah penduduk. "Generasi milenial paling rentan bahaya hoaks," ujarnya.
Apabila para pengguna internet tidak waspada dengan hantu hoaks di jejaring media sosial maka akan terpengaruh menyebarkan berita hoaks kepada koleganya, sehingga memunculkan efek bola salju yang menggelinding makin besar. Karena itu, media mainstream mempunyai peran penting dalam menghadapi dan memerangi bahaya berita-berita palsu yang berseliweran di dunia maya.
Baca juga: Penyebaran Hoaks Terjadi di Banyak Media Sosial