Rabu 14 Mar 2018 00:15 WIB

Pengamat: Debat Perdana Cagub-Cawagub Jabar Normatif

Banyak isu strategis soal Jabar tapi para cagub-cawagub tidak mengeksplornya

Empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat hadir pada Debat Publik Pertama Pilgub Jawa Barat 2018 bersama empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat, di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Senin (12/3).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat hadir pada Debat Publik Pertama Pilgub Jawa Barat 2018 bersama empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat, di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Senin (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengamat Politik Universitas Padjadjaran, Muradi, menilai debat perdana Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat berjalan normatif. Dalam catatannya, empat kandidat masih belum mampu menjabarkan secara rinci mengenai visi dan misinya.

"Penjelasannya masih normatif dari empat calon enggak semua menjelaskan secara gamblang apa yang mau dilakukan," ujar Muradi saat dihubungi melalui telepon seluler, Selasa (13/3).

Solusi yang ditawarkan pun dinilai belum mampu mencerahkan masyarakat. Tak hanya itu, banyak isu strategis yang sebetulnya bisa dieksplor oleh seluruh kandidat. Namun hal itu luput dari perhatian mereka.

"Contohnya pembangunan Jabar Selatan itu hampir tidak ada sama sekali. Soal infrastruktur di Jabar, bagaimana memosisikan Jabar sebagai wilayah yang intoleran, di mana bagi minoritas itu tidak nyaman," kata dia.

Menurutnya, dari debat kemarin hanya sosok Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi yang paling menonjol mengemukakan gagasan-gagasannya. Sementara, pasangan lainnya belum terlihat maksimal.

Selain itu, ada juga perubahan gaya komunikasi yang dilakukan para kandidat. Ia menyoroti wakil gubernur nomor urut satu, Uu Ruzhanul Ulum, dan nomor urut tiga Ahmad Syaikhu.

Justru yang paling mencolok yakni Anton Charliyan yang tetap mempertahankan gayanya. "Yang lainnya masih belum bisa memaparkan karena kebanyakan (gaya) komunikasinya berubah. Seperti Syaikhu tidak begitu, dia wakil wali kota itu, seperti dibuat-buat dan juga Uu," kata dia.

Ia pun memberi masukan kepada seluruh kandidat dalam menghadapi debat kedua pada April nanti. Seluruh kandidat harus tetap dengan gaya komunikasi masing-masing, tanpa harus bersikap kaku.

Kemudian, isu yang diangkat harus langsung menjurus ke poin utama dan tak usah berbicara panjang lebar. Hal itu justru akan mengaburkan esensi program.

"Pendalaman. Enggak usah panjang bahasanya jadi sulit, contoh internet masuk desa, titik, sudah semua orang tahu. Kemudian gerbang desa kan panjang penjelasannya, poinnya saja. Jadi jangan muter-muter," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement