Kamis 08 Mar 2018 18:38 WIB

PKB Sebut Poros Islam Masih Relevan untuk Pilpres 2019

Gairah keumatan akhir-akhir ini dirasa PKB cukup tinggi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andri Saubani
Anggota DPR Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Anggota DPR Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid menilai adanya poros Islam sangat relevan diterapkan hari ini. Jazilul mengungkapkan, alasan masih relevannya poros Islam tersebut dikarenakan gairah keumatan akhir-akhir ini dirasa cukup tinggi.

"Itu relevan, tapi relevansi itu bisa terwujud nggak dalam koalisi-koalisi partai, itu masalahnya harus membangun komunikasi," kata Jazilul saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/3).

Jazilul pun tidak menampik jika nantinya kemungkinan poros Islam tersebut terbentuk. Menurutnya, jika berbicara mengenai poros Islam maka disitu ada poros keumataan. Namun seperti apa kerangka, arah, dan figurnya, ia mengatakan masih perlu dibahas bersama-sama partai koalisi jika poros tersebut sudah berjalan.

"Kalau dari sisi jumlah suara memungkinkan, PKB 47 (kursi), PAN 48, katakanlah PKS 40, PPP 39 itu cukup menjadi satu poros," ujarnya.

Tidak hanya soal poros Islam, PKB pun mengaku kerap membuka jalur komunikasi dengan partai Islam. "Komunikasi partai-partai Islam didesak juga oleh gairah keumatan ini, PKB mendiskusikan, merapatkan terus bersama Cak Imin, Pak Romy, Pak Zul sering duduk bersama membahas soal keumatan," tutur Ketua Fraksi PKB tersebut.

PKB diketahui akan menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) pada bulan Juni mendatang. Dalam Mukernas tersebut, PKB akan mengambil sikap politik terkait arah koalisi di pilpres 2019, apakah tetap berada di koalisi Jokowi atau berpindah ke lain hati.

"Sekarang PKB bersama Kiai sedang berkonsultasi. Cak Imin sedang sowan mendengarkan aspirasi baru paad tingkat 2019 ini yang cocok siapa. Melanjutkan yang sudah ada, seperti yang PKB saat ini, atau gimana," ungkap Jazilul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement