Kamis 08 Mar 2018 15:12 WIB

Mungkinkah Poros Partai Islam Usung Capres?

Sampai saat ini belum ada capres dari tokoh Islam memiliki elektabilitas tinggi.

Rep: Farah Nabila Noersativa, Amri Amrullah/ Red: Elba Damhuri
Qua vadis partai Islam (ilustrasi)

Dodi menegaskan, secara perhitungan PT 20 persen, koalisi PDIP memenuhi syarat. Karena gabungan PDIP dan Golkar saja sudah melebihi 20 persen raihan suara pemilu (Golkar 14 persen dan PDIP 18 persen). Yang menjadi persoalan, lanjut dia, koalisi Gerindra dengan PKS yang belum mencapai syarat, karena baru 18 persen PT (Gerindra 11,8 persen dan PKS 6,8 persen).

Atas alasan-alasan ini mereka menilai poros partai Islam untuk mengusung capres sendiri sulit terwujud meski kesempatan itu ada. Yang paling memungkinkan, dengan mengawinkan capres nasionalis dengan cawapres dari unsur partai atau tokoh Islam.

Secara historis sulit menang

Sekretaris Jendral Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Suparno mengatakan secara historis koalisi partai-partai Islam sulit menang pada Pemilihan Umum (Pemilu). Karena itu, kecil kemungkinan partai-partai Islam akan bersatu membentuk koalisi untuk Pemilu 2019.

Selain soal sejarah, dia menyebutkan, ada kondisi lain yang menyulitkan pembentukan koalisi partai Islam. Sekarang ini, arah koalisi semakin mengerucut, yakni koalisi partai-partai propemerintah atau bukan propemerintah. “Kami saat ini menyebutnya lebih kepada partai per partai. Bukan lagi partai nasionalis atau partai Islam," kata dia.

Mayoritas kekuatan saat ini masih pada partai-partai nasionalis. Menilik keadaan koalisi partai saat ini, saat ini telah ada lima partai yang sudah mengarahkan dukungannya kepada pemerintah.

Dengan kondisi tersebut, partai Islam yang berlaga pada Pemilu 2019 dan belum menentukan koalisi tersisa PKB, PAN, PKS, dan PBB. PKB, yang tergabung dalam koalisi pemerintah, belum memutuskan sikap. Namun, PKB yang mengusung ketua umumnya Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden (cawapres) membuka peluang untuk mendukung Joko Widodo.

Dua partai lainnya yang belum mendeklarasikan dukungan merupakan partai nasionalis, yakni Partai Gerindra dan Partai Demokrat. "Jadi agak sulit terbentuk koalisi partai Islam ini,” kata Eddy. Namun, ia menekankan, bukan tidak mungkin partai-partai Islam nantinya berkoalisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement