REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Joko Widodo dirasa belum aman untuk memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Figur alternatif memiliki peluang untuk menjadi pemenang karena pilpres bukan hanya soal Jokowi dan Prabowo Subianto.
"Ada satu pertanyaan yang tidak dimiliki survei lain, Jokowi versus kotak kosong. Kalau Jokowi lawan siapa pun dia pasti menang," terang Founder Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Hendri Satriodalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/3).
Pada survei yang dilakukan KedaiKOPI pada 8 hingga 27 September 2017 lalu, dengan margin of error kurang lebih 3,5 persen, Jokowi melawan kotak kosong atau disebut selain Jokowi hanya mendapat suara 44,9 persen. Sedangkan untuk pilihan selain Jokowi mencapai 48,9 persen. Sisanya, 6,2 persen, belum menentukan pilihan.
"Itu yang mesti disikapi oleh koalisi pendukung Jokowi, kalau satu calon itu belum melenggangkan Jokowi ke Istana. Jadi harap hati-hati," kata Hendri.
Ia pun merasa ada upaya sistematis untuk menjadikan Prabowo sebagai lawan dari Jokowi kembali di Pilpres 2019. Hendri berpandangan demikian karena jika Jokowi melawan calon-calon alternatif, perhitungannya masih belum kelihatan.
"Tapi memang kalau calon-calon alternatif maju, perhitungannya belum kelihatan. Enaknya melawan Prabowo (dari berbagai survei sudah dikatakan kalah)," jelasnya.
Hendri menuturkan, pada 1999, Gus Dur yang menjadi figur alternatif di antara Amien Rais dan Megawati Soekarnoputri menjadi pemenang pemilu. Bisa jadi, kata dia, 2019 menuju seperti apa yang terjadi pada 1999 itu. Di mana sosok alternatif bisa menjadi sosok yang diperhitungkan.
"Kalau Islam ada TGB, hukum ada Mahfud MD, ekonom Rizal Ramli, dan ada lagi anak-anak presiden," ungkapnya.
Hendri beranggapan, perlu dibuka kesempatan pada Pilpres 2019 untuk calon-calon alternatif yang ada. Ia berpendapat seperti itu karena pilpres bukan hanya tentang Jokowi dan Prabowo saja. Calon-calon alternatif itu juga seharusnya didukung oleh partai politik peserta pemilu.
"Jangan hanya satu nama. Masih ada nama-nama yang bisa diperitmbangkan untum masuk arena pilpres. Ada Moeldoko, Gatot Nurmantyo, TGB, Abraham Samad dan nama-nama lainnya," ujar Hendri.
Soal Jusuf Kalla (JK), Hendri menilai JK sebagai salah satu poros yang diunggulkan. Saat ini, kata dia, JK memiliki semua yang dimiliki Jokowi saat ini mulai dari elektabilitas dan sumber daya. Karena itu, Hendri merasa ada usaha sistematis untuk tidak melepas JK ke mana-mana dengan melancarkan wacana cawapres.
"Saya soakan semoga tiga pasang calon. Jangan dua pasanglah. Sering begitu jadi terbelahnya sekarang pun belum bisa menyatukan itu. Kalau kita di sini ketawa-ketawa, tapi yang di bawah itu keras sekali," jelasnya.