REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penyebaran berita-berita hoaks tak hanya menjadi kekhawatiran Indonesia, tetapi negara tetangga seperti Singapura pun memberikan perhatian lebih pada hal ini. Parlemen Singapura bahkan membentuk komite terpilih untuk mempelajari penyebaran hoaks, seluk-beluknya, dan cara mengatasinya.
Mereka belajar dari berbagai macam sumber, salah satunya dari Indonesia. Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), melalui Kedutaan Besar Singapura untuk Indonesia, termasuk yang diminta untuk memberikan tulisan untuk menjadi bahan studi komite ini. Mafindo membuat tulisan pendek yang menjelaskan faktor penyebab hoaks mudah menyebar, baik itu karena rendahnya literasi masyarakat maupun karena polarisasi yang menyebabkan kecurigaan dan kebencian.
"Kami juga menjelaskan motivasi pelaku menyebar hoaks, yang diantaranya karena motivasi ekonomi maupun politik/ideologi, atau kombinasi keduanya. Kami menduga di Indonesia penyebar hoaks umumnya masyarakat lokal, ini berbeda dengan di Amerika Serikat yang penyebar hoaks-nya termasuk orang Eropa Timur," ujar Krtua Mafindo Septiaji Eko Nugroho melalui keterangan resmi, Kamis (1/3).
(Baca: Polisi Didesak Ungkap Otak di Balik Penyebar Hoaks)
Mafindo kepada perwakilan Singapura menceritakan, upaya Indonesia melawan hoaks, termasuk upaya pemerintah, khususnya Kementrian Komunikasi dan Informasi serta Kepolisian RI. Selain itu menceritakan pula kiprah masyarakat yang ikut langsung melakukan perlawanan terhadap hoaks dengan melakukan upaya fact checking, edukasi literasi, dan mendorong gerakan silaturahmi, termasuk sinergi berbagai komunitas literasi digital dalam gerakan Siberkreasi.
"Kami berharap terbangun jejaring cek fakta antar negara sehingga upaya memberantas hoaks bisa sinergis, terlebih karena banyak hoaks yang menular dari satu negara ke negara lainnya. Terima kasih atas kerja keras semua pihak, khususnya relawan yang tidak kenal lelah bergerak untuk membersihkan media sosial dari konten negatif," tutupnya.