Kamis 01 Mar 2018 20:30 WIB

Tak Ikut Dukung Jokowi, PKS: Tidak Sehat Buat Demokrasi

PKS mengisyaratkan kembali berkoalisi dengan Gerindra di Pilpres 2019.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) berfoto bersama Presiden PKS Sohibul Iman (kiri), Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kedua kanan) serta Pasangan Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Koalisi Asyik, Sudrajat (kedua kiri) - Ahmad Syaikhu (kanan) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) berfoto bersama Presiden PKS Sohibul Iman (kiri), Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kedua kanan) serta Pasangan Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Koalisi Asyik, Sudrajat (kedua kiri) - Ahmad Syaikhu (kanan) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden PKS Sohibul Iman mengisyaratkan koalisi dengan Partai Gerindra berlanjut di Pemilihan Presiden 2019 mendatang. Hal itu disampaikan Sohibul saat ditanyai kemungkinan bersama kembali dengan Gerindra dan PAN di Pilpres sebagaimana koalisi yang terjalin di Pilkada DKI dan Jawa Barat.

"Insya Allah kita ikhtiarkan," ujar Sohibul di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (1/3).

Namun, Sohibul mengaku tidak membahas soal pencapresan Prabowo di Pilpres 2019 mendatang. Ia kembali menegaskan, PKS sudah menyiapkan sembilan bakal Capres maupun Cawapres. Saat ini lanjut dia, tinggal menunggu pasangan dari kader PKS tersebut.

Akan tetapi, kemungkinan kecil PKS merapat dengan poros partai yang mendukung Joko Widodo sebagai Capres 2019. Karena, menurutnya, ada ajakan agar bergabung dengan poros tersebut.

"Itu bukan sebuah kejahatan dalam politik. Itu biasa-biasa saja, istana ingin mengajak kita. Cuma kita lihat PKS, Gerindra, PAN bergabung kemungkinannya nanti Pak Jokowi lawan kotak kosong. Dan kita melihat itu tidak sehat buat demokrasi kita," ujar Sohibul.

Karenanya, ia menilai secara rasionalitas politik tidak tepat jika PKS ikut mendukung Jokowi sebagai Capres. "Maka, saat ini kami belum, saya katakan bahwa rasionalitas politiknya kurang logis kalau PKS ikut bersama Pak Jokowi," katanya.

Selain itu, kedekatan dengan PKS dengan Gerindra dan PAN juga lebih intens. Sehingga, peluang besar justru lebih berkoalisi dengan kedua partai tersebut. "Jadi, walaupun PKS komunikasi dengan partai lain, tapi kami dengan Gerindra dan PAN jauh lebih intens. Maka peluangnya lebih besar. Meskipun, sampai hari ini belum ada keputusan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement