Rabu 28 Feb 2018 17:39 WIB

Demokrat Masih Yakin Peluang AHY Besar di Pilpres 2019

Berdasarkan Survei Populi Center, elektabilitas AHY berada di peringkat enam.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andri Saubani
Agus Harimurti Yudhoyono
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Agus Harimurti Yudhoyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Populi Center per Februari 2018, menunjukkan, elektabilitas  Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) cukup tinggi di angka 70 persen. Namun, di antara beberapa nama cawapres yang disurvei, elektabilitas AHY justru berada pada urutan keenam.

Berdasarkan survei cawapres Populi Center yang dilakukan 7 hingga 16 Februari 2018, tingkat elektabilitas cawapres AHY hanya 3,3 persen. Elektabilitas AHY sebagai cawapres kalah dengan Jusuf Kalla 15,3 persen, Gatot Nurmantyo 7,3 persen, Anies Baswedan 3,4 persen.

Masih rendahnya elektabilitas AHY versi survei Populi Center ini dinilai Demokrat bukan menjadi patokan. "Kami mencermati banyak survei AHY ditempatkan di urutan nomor satu atau nomor dua, tapi yang pasti dari berbagai survei menunjukkan masyarakat butuh tokoh muda seperti AHY," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddindi Populi Center, Rabu (28/2).

Didi mengakui, Demokrat terus mencermati perkembangan elektabilitas AHY ini. Kalau cenderung semakin bagus tentu bukan tidak mungkin akan didukung banyak kader. Pada saat ini AHY di internal Demokrat dan di luar paling kuat dari berbagai survei yang ada, termasuk survei internal Demokrat.

Soal apakah AHY akan dipasangkan cawapres dan dengan siapa akan dipasangkan. Didi menampik untuk berspekulasi lebih awal. "Kita tunggu saja waktu masih berjalan, berbagai kemungkinan masih mungkin terjadi," ujarnya.

Didi menegaskan bagi Demokrat, kontestasi politik bukan sekedar karnaval bergabung ke siapa yang paling populer. Tapi, Demokrat siap bersama membentuk koalisi atau bagian menjadi koalisi manakala platform dan tujuan politiknya sama.

"Mana yang paling dekat dengan program partai Demokrat yang akan menjadi poin utama kami menentukan apakah akan menjadi bagian dari koalisi atau perlu membentuk koalisi baru," papar Didi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement