Selasa 27 Feb 2018 02:59 WIB

Sandiaga Masih Negosiasi Tarif OK OTRIP untuk Sopir Angkot

Negosiasi berkaitan dengan jumlah kilometernya

Rep: Sri Handayani / Red: Esthi Maharani
Aktivitas sopir angkot jurusan Tanah Abang saat menunggu rekannya bertemu dengan Pemprov DKI di Balai Kota, Jakarta, Rabu (31/1).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Aktivitas sopir angkot jurusan Tanah Abang saat menunggu rekannya bertemu dengan Pemprov DKI di Balai Kota, Jakarta, Rabu (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Demo angkot masih terjadi di sekitar kawasan Tanah Abang, meski sebelumnya sejumlah pengusaha dan pengemudi telah menyepakati skema One Karcis One Trip (OK OTrip). Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan masih melakukan negosiasi terkait tarif yang akan digunakan.

 

"Itu berkaitan dengan jumlah kilometernya. Jadi bagaimana kita bisa menemukan formula kilometer yang tepat untuk ok otrip dan bisa masuk dalam negosiasi akhir dengan para pengemudi, dan juga para operator," kata Sandiaga di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Selatan, Senin (26/2).

 

Sandiaga mengatakan aspirasi para pengemudi menjadi masukan bagi Pemprov DKI. Ia mengakui skema OK OTrip belum tersosialisasikan dengan baik kepada seluruh pengemudi angkot Tanah Abang.

 

"Kemarin sebagian besar sih saya dikasih tahu sudah masuk (OK OTrip), tapi ada beberapa yang belum tersosialisasi dengan baik," kata Sandiaga.

 

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) Andri Yansyah mengatakan pihaknya telah melakukan survei tarif OK OTrip di dalam dan luar kota. Hasil survei tersebut akan dijadikan pedoman untuk melakukan penyesuaian tarif di kawasan Tanah Abang.

 

Berdasarkan hasil survei, jarak tempuh angkot di dalam kota per hari mencapai 175 kilometer. Namun, di luar kota, kisarannya bisa mencapai 195 kilometer.

 

"Karena dia lebih lancar, jalanan lebih lengang, sehingga masalah kemacetannya sedikit dibanding Tanah Abang," kata Andri.

 

Andri mengatakan, selama ini supir angkot hanya dapat mencapai 100 kilometer per hari. Mereka terbiasa ngetem di sekitar pukul 06.00 WIB hingga 14.00 WIB. Dengan skema OK OTrip mereka tidak dapat ngetem. Tanpa ngetem, Andri optimistis mereka dapat menempuh 170-175 kilometer.

 

"Survei yang kita lakukan betul-betul real. Kita nggak ngarahin. Duduk aja kita," kata dia.

 

Andri mengatakan hasil survei tersebut akan diajukan ke PT Transportasi Jakarta (Transjakarta). Perusahaan tersebut akan membahas dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk menentukan tarif rupiah per kilometernya.

 

Ia memperkirakan hal ini akan selesai dalam satu hingga dua pekan. Uji coba akan dilakukan untuk memastikan hasil survei tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement