REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Sanksi internasional tampaknya mulai memberikan dampak signifikan di Korea Utara (Korut). Tak hanya mengalami kelangkaan bahan bakar, negara ini juga telah kehabisan kertas.
Surat kabar Korut, Rodong Sinmun, melaporkan cadangan mata uang Pyongyang diperkirakan akan mengering pada Oktober. Defisit perdagangan juga akan terus berlanjut, sementara pasokan makanan dan bahan bakar sudah semakin menyusut.
Kepala komite intelijen parlemen Korea Selatan (Korsel), Kang Seok-ho, memberi penjelasan mengenai keadaan keuangan Korut. Perekonomian negara itu telah sangat terpengaruh oleh pembekuan rekening di luar negeri dan larangan ekspor hampir semua produk.
Kepada kantor berita Yonhap, Kang mengatakan sanksi internasional sangat mempengaruhi kehidupan di Korut. Menurutnya, hasrat Pyongyang untuk membuka diri terhadap Korsel akibat langsung dari kesulitan yang dihadapi negara tersebut.
Kekurangan yang dihadapi penduduk Korut saat ini dilaporkan sudah hampir mendekati batas akhir yang paling sulit. Sebelumnya pada 1990-an, Korut juga pernah menderita kelaparan parah hingga menelan korban sebanyak 3,5 juta jiwa.
Surat kabar Chosun Ilbo melaporkan, dua pembangkit energi utama di Pyongyang telah ditutup selama 10 hari di sepanjang tahun ini. Penutupan tersebut membuat Pyongyang harus melakukan pemadaman di beberapa wilayah ibu kota.
Tambang batu bara tidak dapat beroperasi dengan kapasitas penuh karena kekurangan bahan bakar. Sementara batu bara yang ditambang juga tidak dapat diangkut.
Impor batu arang dari Cina telah dihentikan, yang berarti masyarakat Korut harus bertahan tanpa sistem pemanas. Seperti dilansir di The Telegraph, jatah makanan telah dipotong setengahnya dan hampir tidak ada nasi putih yang tersedia. Selain itu harga minyak goreng juga melonjak tajam.
Percetakan surat kabar Rodong Sinmun telah dipangkas dari 600 ribu eksemplar sehari menjadi 200 ribu kopi karena kelangkaan kertas. Pengiriman langganan surat kabar ke rumah-rumah juga telah dihentikan.
Kunjungan terakhir delegasi Pyongyang ke Korsel dalam pembukaan Olimpiade Musim Dingin juga secara tidak sengaja mengungkapkan bahwa Korut telah terputus dari jaringan komunikasi satelit global untuk pengendali lalu lintas udara. Pemutusan terjadi setelah negara itu gagal melakukan pembayaran sejak delapan bulan yang lalu.